Minggu, 13 Maret 2016

Golden Manners: Harta Menjadi Kekal untuk Kepentingan Sosial

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way



Salah satu janji Allah bagi orang yang bershadaqah adalah Allah melimpahkan barakah yang menjadikan harta semakin berkembang dan kekal. Sayangnya, janji Allah ini tidak akan dipedulikan oleh orang yang tidak punya rahmah (kasih sayang) di dalam qalbunya. Tercabutnya rahmah dari qalbu adalah indikasi akan kehancuran kita saat ini dan nanti.
Prof. Dr. Ahmad Ash-Shuwayyan dalam ‘Min Ma’alim Ar-Rahmah’ mengungkapkan, “Salah satu pintu pembinaan dan latihan pengendalian empati manusia adalah berbuat baik kepada orang-orang lemah. Orang yang memiliki kasih sayang adalah orang yang apabila menyaksikan kelemahan dan kemiskinan orang lain, hatinya menjadi luluh dan perasaan kasihnya bergerak lalu tangannya memberi, tanpa mengungkit-ungkitnya apalagi menyakitinya… Orang yang hatinya memiliki kasih sayang adalah orang yang merasakan derita orang faqir dan miskin. Ia merasakan kesedihan dan kelaparannya, ia berusaha meringankannya, ia memotong sebagian dari hartanya kadar yang cukup untuk membantu orang butuh dan menghadapi kesulitan…”


Allah ‘hanya’ memerintahkan kita –dengan cinta-Nya- untuk bershadaqah sebagian dari harta yang telah diberikan-Nya. Sebagian. Sebagian. Bukan seluruhnya. Entah 5 %, 10 %, 25 %, 50 %, atau mungkin kita merelakan 75 % untuk kepentingan agama-Nya dan hamba-hamba-Nya. Begitu saja, tidak sedikit orang yang mengeluhkan syari’at zakat yang wajib dan yang sunnah.
Prof. Dr. Raghib As-Sirjani dalam ‘Nabi Ar-Rahmah’ menyatakan, “Walaupun umat ini sangat memerlukan harta, namun kasih sayang menetapkan agar setiap muslim menahan sebagian hartanya… Sesungguhnya Islam bukan agama yang bertujuan untuk mengambil alih harta manusia, memakan kekayaan mereka atau mengurangi tingkat perekonomi mereka. Islam adalah agama yang seimbang dan komprehensif. Islam adalah agama kemudahan dan kasih sayang. Tujuannya adalah menciptakan hidup yang bahagia di dunia dan akhirat secara bersama-sama.” 
Padahal, 5 % dari harta kita yang sudah dipanggul oleh orang-orang faqir di sana, 5 % yang sudah ditenteng oleh orang-orang dhu’afa di situ, 5 % yang sudah digenggam oleh orang-orang sakit di sini, 5 % yang sudah dipikul oleh amil zakat, maka itulah harta kita. Ya, itulah harta kita. Harta yang kekal di sisi Allah untuk kita nikmati saat kita sudah bersama bidadari/bidadara, di atas dipan emas, di dalam istana permata, di sekeliling sungai madu, sungai susu dan sungai khamr. Tidak hanya itu, di dunia, kita pun merasakan dampak positifnya.
Pelaku golden manners yakin bahwa apa saja yang diberikan untuk kepentingan vertikal (agama Allah) dan horizontal (sosial) pasti akan menghasilkan efek positif yang produktif. Pelaku golden manners sudah terkondisikan mental dan fisiknya untuk kepedulian sosial yang berangkat dari kepekaan jiwa.







Ngaji juga ya di www.quantumfiqih.com dan brillyelrasheed.blogspot.co.id




Tags: Ormas Islam Induk di Indonesia, Jami’ah Khairiyah, Al-Irsyad Al-Islamiyah, Masyumi, Syarikat Islam Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Islam PERSIS, Nahdlatul Wathan, Pelajar Islam Indonesia PII, Lembaga Dakwah Islam Indonesia LDII, Jam’iyah Al-Washliyah, Rabithah ‘Alawiyah, Front Pembela Islam FPI, Hizbut Tahrir Indonesia HTI, Mathla’ul Anwar MA, Jam’iyah Al-Ittihadiyah, Hidayatullah, Al-Wahdah Al-Islamiyah, Majelis Tafsir Al-Quran MTA, Harakah Sunniyah Untuk Masyarakat Islami HASMI, Persatuan Tarbiyah Islamiyah PERTI, Persatuan Ummat Islam PUI,  Shiddiqiyah, Wahidiyah. 

1 komentar:

  1. Recommended link untuk http://seindah-akhlak-islam.blogspot.co.id/2016/02/jangan-sampai-di-tengah-kaum-muslimin.html

    BalasHapus