Jumat, 13 Mei 2016

Ramadhan Bulan Berkah Bagi Para Pelaku Golden Manners





Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” [QS. Ad Dukhan: 3] Yang dimaksud malam yang diberkahi di sini adalah malam lailatul qadr. Inilah pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu Jarir Ath-Thabari. Inilah yang menjadi pendapat mayoritas ulama diantaranya Ibnu ‘Abbas. 
Di dalam bulan Ramadhan terdapat banyak berkah yang dapat kita peroleh. Semenjak amalan sahur, kita sudah bisa mendapatkan berkah. Hasil penelitian Prof. Dr. Fadhl Ilahi dalam Man Tushalli ‘Alaihim Al-Malaikat wa Man Tal’anuhum terhadap teks-teks primer Islam, menyebutkan bahwa dalam sahur terdapat berkah sehingga sahur sama sekali tidak boleh ditinggalkan walaupun seteguk air dan orang yang melakukan sahur mendapatkan shalawat dari Allah yaitu rahmah dan shalawat dari malaikat yaitu permohonan ampun. Dan oleh karena dalam sahur saja sudah terdapat berkah apalagi dalam amalan puasa seutuhnya dalam sejak setelah sahur hingga berbuka.
Begitu berkahnya Ramadhan, maka sama sekali tidak ada izin bagi siapapun meninggalkan puasa kecuali alasan yang diterima Allah. Prof. Dr. ‘Abdullah Ath-Thayyar memaparkan dalam Ash-Syiyâm; Ahkâm Wa Adâb, “Sesungguhnya orang-orang yang dengan terang-terangan berbuka (tidak berpuasa) di siang bolong pada bulan Ramadlan sementara kondisi mereka sangat sehat dan tidak ada 'udzur yang memberikan legitimasi pada mereka untuk tidak berpuasa adalah orang-orang yang sudah kehilangan rasa malu terhadap Allah dan rasa takut terhadap para hamba-Nya, otak-otak mereka telah dipenuhi oleh pembangkangan, hati mereka telah dipermainkan dan disentuh oleh syaithan dan gelimang dosa. Mereka tidak menyadari bahwa dengan tidak berpuasa tersebut, berarti mereka telah menghancurkan salah satu dari rukun-rukun agama ini. Mereka adalah orang-orang yang fasiq, kurang iman dan rendah derajat. Kaum Muslimin akan memandang mereka dengan pandangan hina. Mereka termasuk para pelaku maksiat yang besar dan kelak di hari Kiamat, siksaan Allah Yang Maha Perkasa Lagi Kuasa telah menunggu mereka.”
Dapatkan krupuk kedelai khas desa kualitas mancanegara di www.sbycorporation.com
Jangankan amalan yang dilakukan di dalam bulan Ramadhan, bulan Ramadhan sendiri merupakan berkah dari Allah Ar-Razzaq. Hasil riset pustaka Prof. Dr. Mutawalli Asy-Sya’rawi yang tersaji dalam Anta Tas`alu wa Al-Islam Yajibu, Ramadhan berasal dari kata “Ramadh”, artinya terik matahari yang dahsyat. Dulu, ketika orang memberi nama bulan, disesuaikan dengan keadaannya. Jadi, nama Ramadhan disesuaikan dengan keadaan cuaca atau musim, begitu pula dengan nama “Rabi’ul awwal” dan “Rabi’ul akhir”, artinya “semi” yaitu saat musim semi. Perputaran musim itu sesuai dengan peredaran (hitungan) matahari. Jadi, Ramadhan terkadang jatuh pada musim panas dan terkadang musim dingin. Ramadhan adalah satu-satunya bulan yang disebut dalam Al-Quran. Sementara sebelas nama bulan lainnya tidak termaktub dalam kitab suci umat Islam tersebut.
Secara sederhana, puasa merupakan berkah bagi jiwa dan raga. Prof. Dr. Yusuf Al-Qardhawi menerangkan dalam Al-‘Ibadah fi Al-Islam, “Bila makanan dan minuman adalah sumber energi fisik, maka puasa adalah sumber energi jiwa, dimana seorang muslim terbebas dari hegemoni nalulrinyal dan berhasil mengalahkan berbagai kecenderungan hawa nafsunya. Bahkan aspek kejiwaannya semakin kuat lagi meningkat, alhasil, seseorang akan mengetahui nilai jati dirinya. Dan tidak sepantasnya kerinduan jiwanya takluk di bawah kendali tuntutan ragawinya. Sebab, tubuh ibarat rumah, sementara jiwa adalah pemilik dan penghuninya.”


Ikuti channel telegram.me/manajemenqalbu
Gabung Grup Whatsapp Islamia 082140888638
Broadcast Islami di Blackberry Messenger 5259017E
Follow brillyelrasheed561.wordpress.com
Gabung facebook.com/groups/grupislamia
Bersosial entrepreneurship di sbycorporation.wordpress.com



Dapatkan buku-buku Islami inspiratif-motivatif-kontemplatif karya Brilly El-Rasheed, S.Pd.: (1) Golden Manners Rp 60.000,-; (2) Mendekat Kepada Allah Rp 38.000,-; (3) Kutunggu di Telaga Rp 40.000,-; (4) Quantum Iman Rp 62.000,-; (5) Benteng Umat Islam Rp 42.000,-; (6) Maksiat dalam Taubat Rp 39.000,-; (7) Titisan Ahli Surga Rp 35.000,-; (8) Menepi dari Dunia Rp 55.000,-; (9) Jangan Rp 44.000,-; melalui kontak masing-masing penerbit atau melalui Brilly Online Bookstore (BOOST) di 08155241991.
Tags: Ormas Islam Induk di Indonesia, Jami’ah Khairiyah, Al-Irsyad Al-Islamiyah, Masyumi, Syarikat Islam Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Islam PERSIS, Nahdlatul Wathan, Pelajar Islam Indonesia PII, Lembaga Dakwah Islam Indonesia LDII, Jam’iyah Al-Washliyah, Rabithah ‘Alawiyah, Front Pembela Islam FPI, Hizbut Tahrir Indonesia HTI, Mathla’ul Anwar MA, Jam’iyah Al-Ittihadiyah, Hidayatullah, Al-Wahdah Al-Islamiyah, Majelis Tafsir Al-Quran MTA, Harakah Sunniyah Untuk Masyarakat Islami HASMI, Persatuan Tarbiyah Islamiyah PERTI, Persatuan Ummat Islam PUI,  Shiddiqiyah, Wahidiyah. 

Selasa, 26 April 2016

Refleksi Kesombongan




Sombong adalah sikap dan perilaku yang paling memuakkan karena sombong hanya pantas dimiliki dan dilakukan Allah Al-Mutakabbir. Siapapun, baik muslim maupun nonmuslim, tidak layak bersikap dan berlaku sombong. Kesombongan sebesar noktah pena saja dilarang dalam agama. Sombong adalah dosa pertama dalam sejarah makhluk semesta yakni yang dilakukan iblis, sementara hasad adalah dosa pertama dalam sejarah peradaban anak cucu Adam. 
Sombong merupakan syiar generasi jahiliyyah, dimana mereka dikenal masyarakat dunia sebagai kelompok penghuni gurun sahara tanah Hijaz yang sombong dan bangga terhadap nenek moyang dan keturunannya. Diterangkan oleh Prof. Dr. Shalih Al-Fauzan dalam Syarh Masa`il Al-Jahiliyyah, “Masyarakat jahiliyyah menolak kebenaran bila kebenaran itu telah dianut oleh kalangan lemah di tengah masyarakat… termasuk perangai kaum jahiliyyah adalah mengakui kebenaran bukan karena hendak mengambilnya namun sebagai langkah untuk menolaknya… Mereka menampakkan seolah-olah menerima kebenaran.
Maka sombong sama sekali tidak ditolerir. Dalam Madza Yuhibbullah wa Madza Yubghidhuhu, Dr. ‘Adnan Ath-Tharsyah mendefinisikan, “Sombong (takabbur) adalah merasa besar, angkuh, merasa tinggi di atas orang lain, sedangkan orang lain hina dan rendah, dan menolak kebenaran; dan sombong adalah lawan kata dari tawadhu’ (rendah hati). Orang-orang yang sombong adalah orang yang angkuh (enggan) dalam beribadah kepada Allah… Al-Mukhtal Al-Fakhur (orang yang sombong lagi membanggakan diri) adalah orang yang sombong lagi takjub terhadap dirinya sendiri; dan pandangannya adalah pandangan kebanggaan; memandang orang lain dengan pandangan meremehkan dan memalingkan muka; membanggakan derajat, harta, strata sosialnya yang terhormat; dan berjalan di muka bumi dengan angkuh, sombong dan ‘manis’ bicaranya.”
Ngaji juga di www.quantumfiqih.com
Tak ada jalan sedikitpun bagi kesombongan lebih-lebih ‘hanya’ dalam bentuk enggan bercengkrama karena lawan bicara hanya orang biasa, enggan bertegur sapa karena di hadapannya sekedar orang tak berharta, enggan memenuhi undangan karena pemilik hajat cuma bukan orang yang banyak jasa. Dr. ‘Aidh Al-Qarni menuturkan dalam Syakhshiyyat min Al-Qur`an Al-Karim, “Rukun kufur ada tiga: hasad, sombong dan dusta. Barangsiapa di dalam dirinya terhadap sifat sombong, maka dia telah mengumpulkan sepertiga dari kekufuran di dalam dirinya. Oleh sebab itu, hendaklah dia waspada dan berhati-hati dengan sisanya. Sifat sombong adalah motto iblis. Kita memohon perlindungan kepada Allah darinya. Dan diantara ciri-ciri orang sombong adalah (1) Tidak pernah mengambil manfaat dari orang lain; (2) Tidak melihat keutamaan dan kebaikan orang lain; (3) Tidak tunduk kepada kebenaran meskipun dia mengetahuinya. Orang yang sombong diketahui dari gaya bicara, berjalan, dan juga deheman dan batuknya.”








Tags: Ormas Islam Induk di Indonesia, Jami’ah Khairiyah, Al-Irsyad Al-Islamiyah, Masyumi, Syarikat Islam Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Islam PERSIS, Nahdlatul Wathan, Pelajar Islam Indonesia PII, Lembaga Dakwah Islam Indonesia LDII, Jam’iyah Al-Washliyah, Rabithah ‘Alawiyah, Front Pembela Islam FPI, Hizbut Tahrir Indonesia HTI, Mathla’ul Anwar MA, Jam’iyah Al-Ittihadiyah, Hidayatullah, Al-Wahdah Al-Islamiyah, Majelis Tafsir Al-Quran MTA, Harakah Sunniyah Untuk Masyarakat Islami HASMI, Persatuan Tarbiyah Islamiyah PERTI, Persatuan Ummat Islam PUI,  Shiddiqiyah, Wahidiyah. 

Kuliah Telegram PMGM #10 Bahaya Syahwat Terhadap Hati


Oleh Sheikh Dr. Khalid Abu Syadi dalam Sibaq Nahwa Al-Jinan

Jika syahwat mendominasi dalam hati, maka setan mendapatkan pintu masuk untuk melancarkan bisikan (untuk keburukan). Sebaliknya jika yang dominan adalah kecintaan pada ketaatan, maka yang datang adalah malaikat yang memberi ilham.

Jika nafsu syahwat adalah bekal setan yang dengannya ia akan bisa hidup, dan setan mati bila kehilangan syahwat tersebut, maka hati yang berlomba menuju Allah, akan membersihkan dirinya dari bekal yang buruk itu (syahwat), kemudian menggantinya dengan bekal para malaikat yaitu dzikir.

Berdzikirlah kepada Allah... beristighfarlah... dan kembalilah kepada Allah tanpa menunda, atau berlambat-lambat, karena pengaruh dosa terhadap hati seperti minyak yang mengenai pakaian, jika tidak segera Anda cuci, maka minyak itu akan semakin lekat. 

© Grup WA Islamia 082140888638. 
📧 thegoldenmannersway@gmail.com 
📡 Broadcast BBM 5259017E
📲 Klik www.quantumfiqih.com 
📦 Miliki software khazanah Islam bernilai puluhan juta hanya Rp 575.500 diskon menjadi hanya Rp 570.000

Kuliah Telegram PMGM #9 Tunduk Kepada Allah


Oleh Sheikh Dr. Anas Ahmad Karzun dalam Syifa` An-Nas wa Ghidza` Ar-Ruh

Kemuliaan dan ketenangan jiwa tidak akan terwujud, kecuali apabila jiwa merendah dan menunduk kepada Rabb dengan sukarela dan senang, serta menghadap kepada-Nya dalam keadaan takut. Hanya dengan cara inilah jiwa bisa meraih rasa aman. 

Maka, seorang muslim akan merasakan nikmatnya bermunajat kepada Penciptanya, sehingga jiwanya pun berbinar, dadanya lapang, dan dunia serasa kecil dalam pandangannya. 

Sedangkan waktu munajat yang paling agung adalah ketika hamba menghadap Rabbnya dalam keadaan bertaubat dan menyesal (nadam). Dia bertawassul kepadaNya, merendah di hadapan-Nya, dan berdoa dengan penuh khusyu' dan tunduk, agar Dia berkenan menerima taubatnya dan mengampuni kesalahannya.

📲 Klik www.quantumfiqih.com 
🏘 Gabung facebook.com/groups/grupislamia 
📦 Miliki software khazanah Islam bernilai puluhan juta hanya Rp 575.500 diskon menjadi hanya Rp 570.000

Kuliah Telegram PMGM #8 Al-Qur`an Cahaya Hati


Oleh Sheikh Prof. Dr. Nashir Al-‘Umar dalam artikel Tadabbur Al-Qur`an wa An-Nahdhah di www.almoslim.net/node/150893/

Sesungguhnya kemuliaan, kebangkitan, dan kejayaan bahkan eksistensi umat ini sebagai sebuah umat, ditentukan oleh seberapa dekat umat ini dengan al-Qur’an. Dekat dalam artian tidak sekadar membaca dan menghafalkannya. Tetapi dengan mentadabburi maknanya. 

Tadabbur dalam arti yang sesungguhnya sebagaimana dijelaskan oleh Al-‘Allamah ‘Abdurrahman As-Sa’di, “Merenungkan maknanya (ta’ammul), merealisasikan fikrah yang terdapat di dalamnya dan segala konsekwensinya.” Termasuk diantara konsekwensi yang paling utama adalah mengamalkan isi kandungannya dan berhukum dengannya dalam seluruh aspek kehidupan… 

Semua problem yang kita saksikan di negeri kaum Muslimin hari ini berupa kehinaan, kelemahan, kemunduran dan berbagai problem lainnya, disebabkan oleh jauhnya kaum Muslimin dari Al-Qur`an. Karena mereka tidak menadabburkan dan mengamalkan Al-Qur`an. 

Oleh karena itu, kalau kita ingin keluar dari semua problem tersebut dan bangkit dari keterpurukan, maka kita harus menadabburkan dan mengamalkan Al-Qur`an.

© Grup WA Islamia 082140888638. 
📧 thegoldenmannersway@gmail.com 
📡 Broadcast BBM 5259017E
📲 Klik www.quantumfiqih.com 
🏘 Gabung facebook.com/groups/grupislamia 
📦 Miliki software khazanah Islam bernilai puluhan juta hanya Rp 575.500 diskon menjadi hanya Rp 570.000
🕋 Umrah Tauhid (PT. Safiir Amal Imani) bersama Habib Salim Al-Muhdhor, Lc., M.A. berangkat dari Surabaya USD 1.850 dengan Saudia & Garuda Airlines dan hotel New Shourfah & Saraya Eiman.
🍯 Madu Murni Wild Bee Rp 95.000,- 650 ml gratis ongkir wilayah Surabaya, Jawa Timur.

Sabtu, 16 April 2016

Kuliah Telegram PMGM #7 Takut Kepada Allah


Oleh Sheikh Dr. Ali Al-Hudzaifi dalam khuthbah Al-Khauf min Allah wa Atsaruhu fi Hayat Al-Muslim

Khauf (rasa takut) kepada Allâh Azza wa Jalla akan memandu hati kepada semua kebaikan dan menghalanginya dari segala keburukan, sedangkan raja’ mengantarkannya meraih ridha dan ganjaran Allâh Azza wa Jalla , meniupkan semangat untuk melakukan amalan besar.

Yang dimaksud dengan rasa takut adalah: rasa cemas, gundah, dan khawatir terkena adzab Allâh Azza wa Jalla akibat melakukan perbuatan haram atau meninggalkan kewajiban, juga khawatir jika Allâh Subhanahu wa Ta’ala tidak menerima amalan shalihnya. Dengan rasa takut ini, jiwa akan terhalau dari hal-hal yang diharamkan dan bergegas melakukan kebaikan.

Rasa takut kepada Allah menuntut seorang Muslim untuk bergegas melaksanakan apa-apa yang menjadi hak-hak Allâh Azza wa Jalla dan menjauhkannya dari kelalaian. Rasa ini juga akan menghalanginya dari perbuatan menzhalimi orang lain dan memotivasinya untuk bersikap amanah, jujur, adil serta tidak menyia-nyiakan hak orang lain.

Rasa takut yang tertanam dalam hati ini juga akan menyelamatkan dia dari tipu daya dunia, sehingga dia tidak hanyut terbawa arus syahwat yang diharamkan, karena dia selalu waspada terhadap dunia.

Kuliah Telegram PMGM #6 Terjaganya Otentisitas Al-Qur`an


Oleh Sheikh Prof. Dr. Zaghlul An-Najjar dalam Al-I'jaz Al-'Ilmi fi As-Sunnah An-Nabawiyyah

Segala puji bagi Allah atas  diutusnya khatamul anbiya` wal mursalin yang dengan pengutusannya Allah pungkasi nubuwwat kenabian dan dengan risalah-Nya, Allah sempurnakan risalah-risalah, lalu Dia janjikan kemudian untuk memeliharanya.

Oleh karena itu ia (risalah) pun tetap terjaga otentisitasnya secara sempurna sesuai dengan bahasa wahyunya: kata demi kata dan huruf demi huruf, sepanjang 14 abad silam dan hingga waktu yang dikehendaki Allah.

Bandingkan dengan risalah-risalah lain sebelum Islam dan Al-Qur`an. Kitab-kitab tersebut telah kehilangan akan kebenarannya. Dan apa yang tersisa daripadanya berupa memoar-memoar yang diinformasikan dari mulut ke mulut selama beberapa abad, kemudian dikodifikasi oleh orang-orang yang tidak terkenal, bahkan menggunakan bahasa yang bukan bahasa-bahasa wahyu, sarat dengan kadar penyimpangan yang mengeluarkannya dari bingkai rabbaniyahnya dan menjadikannya tidak mampu memberikan petunjuk pada pemiliknya

Kuliah Telegram PMGM #5 Parit Kematian


Oleh Sheikh Dr. Muhammad bin 'Abdurrahman Al-'Arifi dalam Hadaiq Al-Maut

Kalau kita mau mencermati kematian, niscaya tahu bahwa ia adalah perkara yang besar. Ia adalah piala bergilir bagi setiap orang yang berdiam di suatu tempat maupun yang suka pergi bertravelling. Dengannya seorang hamba keluar dari dunia menuju surga atau neraka.

Tak ada yang harus dikhawatirkan dalam kematian. Ia adalah pintu yang setiap orang pasti akan memasukinya. Tetapi yang menjadi serius adalah apa yang terjadi setelah kematian? Apakah berupa taman dan sungai yang mengalir, dalam tempat yang dijanjikan Allah; ataukah berupa kesesatan dan api yang bergejolak?

Maka orang-orang shalih sangat rindu, ingin segera bertemu dengan Rabb mereka. Menyiapkan bekal kematian, yang menjadi gerbang menuju negeri Akhirat. Ya, mereka bahagia menyambut kematian, selagi kematian itu mendekatkan diri kepada Rabb mereka

Kuliah Telegram PMGM #4 Urgensitas Hukum Islam


Oleh Sheikh Dr. 'Imad 'Ali dalam Ahabbuhum Anfa'uhum

Islam telah mensyariatkan hudud sebagai jaminan keamanan manusia dan ketentraman mereka, maka sesungguhnya dia adalah bentuk kasih sayang Allah. Meskipun dalam hudud tersebut terdapat sikap keras terhadap pelaku kejahatan, tetapi hal ini merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada masyarakat. 

Begitulah syariat Islam yang lebih mengedepankan kemaslahatan bersama daripada kemaslahatan perorangan, meskipun dia harus mengamputasi salah satu bagian anggota badan yang rusak untuk menyelamatkan bagian yang lainnya. 

Tidak diragukan lagi, tanpa adanya kepastian hukum, masyarakat kita akan senantiasa terancam oleh orang-orang yang menghancurkan bangunan masyarakat, senantiasa berusaha melakukan kezhaliman dengan menggunakan kekuatan fisik dan akal mereka untuk mengintimidasi dan menyerang manusia baik secara halus maupun terang-terangan. Juga berbagai bentuk tindak kriminal lainnya seperti pembunuhan, penipuan, perampokan dan seterusnya.

Kuliah Telegram PMGM #3 Akhlaq Mulia Cermin Iman Kita


Oleh Sheikh Dr. Khalid Ad-Dasuqi dalam Shahib Al-Khuluq Ar-Raqi 

Akhlaq adalah cermin iman. Semakin tinggi iman seseorang, semakin tinggi pula akhlaqnya. Semakin tinggi iman seseorang, semakin indah perangainya, semakin bagus sifatnya, semakin jernih jiwanya.

Tawakkal adalah ibadah hati yang paling agung. Tawakkal mengindikasikan kebenaran iman pemiliknya serta menunjukkan kelayakan dan kejernihan aqidahnya.

Sifat rahmah (kasih sayang) adalah akhlaq terpuji yang diperintahkan. Syariat sangat menganjurkannya dan fithrah (tabiat naluriah) yang lurus juga mengakuinya.

Bagaimana mungkin orang yang berakhlaq luhur berburuk sangka kepada orang lain dan bagaimana mungkin orang yang berakhlaq agung berada pada tempat/posisi yang menjadikannya tertuduh dan dia tidak menjauhi sesuatu yang dapat mendorong orang lain menuduh dan buruk sangka kepadanya.

Orang yang berakhlaq mulia dan memiliki kepekaan akan menerima hadiah yang diberikan kepadanya apabila si pemberi tidak bertendensi dirinya melakukan sesuatu yang menyimpang di balik pemberian nya. Dia akan berterimakasih kepada pemberi hadiah dan segera membalas dengan yang lebih besar.

Kuliah Telegram PMGM #2 Jadilah Umat yang Kuat


Oleh Sheikh Dr. 'Adnan Ath-Tharsyah dalam Madza Yuhibbullah wa Madza Yubghidhuhu

Umat Islam wajib mempersiapkan kekuatan untuk selamanya dan menyempurnakannya semaksimal mungkin sehingga dengan kekuatan itu dapat menghancurkan kebathilan, musuh-musuh Allah dan menggentarkan jiwa mereka yang ingin menghancurkan negeri-negeri Islam. 

Mereka (umat Islam) harus berpikir agar Islam senantiasa kokoh sehingga negara-negara Islam yang terjajah harus merdeka dan supaya tauhid tegak.

Kaum muslim dibebani untuk menjadi kuat, berusaha mempersiapkan segala sesuatunya untuk kekuatan tersebut agar mereka tidak termargin dan terdiskriminasi di negerinya sendiri, supaya kalimat (agama) Allah tetap yang tertinggi dan kalimat (agama) orang-orang bodoh semakin rendah sehingga agama Islam ini kokoh di muka bumi ini.

Kesimpulannya, Allah mencintai mu'min yang kuat jiwa dan rasanya sehingga mampu menyebarkan agama Islam dan berjihad di jalan-Nya.

Kuliah Telegram PMGM #1 Totalitas dalam Ibadah


Oleh Sheikh Prof. Dr. Fadhl Ilahi dalam Mafarih Ar-Rizq

Hendaknya seseorang tidak mengira bahwa yang dimaksud beribadah sepenuhnya adalah dengan meninggalkan usaha untuk mendapatkan penghidupan dan duduk di masjid sepanjang siang dan malam. Tetapi yang dimaksud –wallahu a’lam- adalah hendaknya seorang hamba beribadah dengan hati dan jasadnya, khusyu’ dan merendahkan diri di hadapan Allah Yang Mahaesa, menghadirkan (dalam hati) betapa besar keagungan Allah, benar-benar merasa bahwa ia sedang bermunajat kepada Allah Yang Maha Menguasai dan Maha Menentukan.

Allah menjanjikan kepada orang yang beribadah kepadaNya sepenuhnya dengan dua hadiah sebaliknya mengancam bagi yang tidak beribadah kepadaNya dengan sepenuhnya dengan dua siksa. Adapun dua hadiah itu adalah Allah mengisi hati orang yang beribadah kepadaNya sepenuhnya dengan kekayaan serta memenuhi kebutuhannya. Sedang dua siksa itu adalah Allah memenuhi kedua tangan orang yang tidak beribadah kepadaNya sepenuhnya dengan berbagai kesibukan, dan ia tidak mampu memenuhi kebutuhannya, sehingga ia tetap membutuhkan kepada manusia

Rabu, 30 Maret 2016

Golden Manners Adalah Hakekat Kehidupan




Menjadikan golden manners sebagai way of life berarti menjadikan nilai-nilai keluhuran sebagai prinsip. Menelantarkan diri sendiri dan orang-orang terdekat dalam bianglala kehinaan sama halnya menjerumuskan peradaban dalam kehancuran. Sejak berabad-abad silam, berbagai generasi selalu berusaha mengkristalisasi atau merumuskan konsep golden manners yang terbaik.
Prof. Dr. Raghib As-Sirjani dalam ‘Musytarak Al-Insan’ mengutarakan, “Sampai abad kesembilan belas Masehi, ilmu tentang manners terus berproses mencari prinsip, pengembangan dan konklusinya, serta masih berusaha menyingkap urgensinya bagi kehidupan moral, yang diiringi dengan penjelasan berbagai kewajiban yang harus dilakukan manusia… manners adalah salah satu hasil karya fundamental manusia, yang mereka terapkan, patuhi dan menjadi poros bagi kehidupan mereka (bagi mereka yang menganggap manners adalah interpretasi atas apa yang ada). Atau (manners adalah) yang mereka pelajari sebagai sebuah imajinasi yang lebih tinggi daripada kenyataan (bagi mereka yang menganggap manners sebagai apa yang seharusnya ada).”

Selasa, 29 Maret 2016

Pemilik Golden Manners Pantang Mengonsumsi Harta Haram




Hidup di dunia dihadapkan pada kemestian untuk menjaga diri dari konsumsi yang haram. Betapa tidak, tuntutan perut kerap memaksa kita menutup mata dari status konsumsi yang hendak kita masukkan ke dalam perut. Seakan perut menjadi monster sekaligus virus yang siap menggerogoti kita apabila kita tidak segera memberikan jatahnya hanya karena kita menjaga diri dari makanan dan minuman haram.
Dalam ‘Musytarak Al-Insan’, Prof. Dr. Raghib As-Sirjani mengutip tafsir QS. Thaha: 118-119 dari Fakhruddin Ar-Razi, “Kenyang, hilang dahaga, berpakaian, dan berteduh adalah sejumlah poros yang semua urusan manusia berputar di sekelilingnya. Allah menyatakan bahwa Adam mendapatkan semua itu di Surga tanpa perlu berusaha atau memintanya. Allah berfirman menggunakan kalimat negatif yang menjadi antonim bagi kebutuhan primer tadi yaitu lapar, telanjang, haus dan kepanasan, dengan tujuan mengetuk hati pendengarnya lewat berbagai bentuk kesengsaraan yang Dia peringatkan, sampai-sampai Dia ‘berlebihan’ dalam memperingatkan berbagai faktor yang dapat menjerumuskan ke sana.”

Hijrah Cara Terbaik Menginstall Golden Manners




The Golden Manners Way bukan sesuatu yang baru. The GM Way hanyalah kristalisasi sekaligus aktualisasi konsep habits, attitudes, morals, values, manners, ethics, life styles & characters yang telah dijelaskan oleh Al-Qur`an dan As-Sunnah melalui para Nabi dan pewaris mereka. The GM Way merupakan formulasi untuk mempermudah proses instalasi dan infiltrasi serta diseminasi akhlaq mulia (al-akhlaq al-karimah).
Salah satu cara terbaik dalam menanam ‘gen’ GM adalah dengan hijrah. Dalam Mafatih Ar-Rizq, Dr. Majdi Al-Hilali mengungkapkan urgensitas hijrah dalam kehidupan, “Jika Anda berada dalam suatu lingkungan yang menghalang-halangi Anda dari mengerjakan ketaatan dan ibadah kepad Allah, hendaklah Anda berhijrah. Hijrah merupakan salah satu sebab rizqi bisa bertambah… Hijrah diwajibkan bagi setiap mu`min yang tidak bisa terang-terangan mengerjakan ibadah menurut perintah agamanya di negeri nonmuslim. Islam yang dianutnya tidak sempurna bila dia tidak sanggup mengerjakan perintah agama, kecuali dengan dia berhijrah…”

Golden Manners: Komitmen dengan Prinsip

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way




The Golden Manners Way meniscayakan komitmen (iltizam) sebagai basis, di samping totalitas (kaffah) dan hikmah sebagai dua power terbesar. The GM Way membangun kesadaran pelakunya, melalui banyak kajian teoritik, tentang betapa pentingnya komitmen terhadap prinsip.
Dr. ‘Aidh Al-Qarni dalam ‘Hatta Takuna As’ad An-Nas’ menyarankan untuk memiliki prinsip yang baku dan paten untuk kemudian secara berani kita berpegang teguh dengannya, “Jadilah seseorang yang pemberani, yang teguh hati, berpendirian kokoh, memiliki kemauan keras, dan jangan mudah tertipu oleh isu-isu atau kabar-kabar burung yang tidak jelas ujungnya.”

Minggu, 27 Maret 2016

Shalat Bukan Penghalang Sukses





Sesungguhnya shalat merupakan kunci kesuksesan hidup, kebahagiaan, kesejahteraan, keamanan, dan kesempurnaannya. Hidup kita menjadi baik karena shalat dan ibadah lainnya. Dr. Ahmad Farid dalam ‘At-Tarbiyah ‘ala Manhaj Ahlis Sunnah wal Jama’ah’ mengungkapkan, “Urusan generasi pertama umat ini menjadi baik dengan adanya proses pendidikan yang benar, melalui puasa, shalat malam dan membaca Al-Qur’an. Ditambah dengan kesediaan mereka untuk mengikuti Sunnah Nabi  dan masuk ke dalam Islam secara total. Dan ditunjang dengan kerelaan mereka untuk berkorban, berinfaq, berjuang dan berperang.”
‘Beruntung’, kita hanya dibebani dengan lima shalat wajib dalam sehari semalam. Lima shalat itu andai kita tinggalkan, maka kegagalan, kesedihan, kesengsaraan, kekacauan, dan kekurangan dalam hidup sangat menjerat leher, tangan, dan kaki kita. Prof. Dr. Sulaiman Abu Al-Khail dalam ‘Mashadir Al-Islam’ menuturkan, “Manusia memiliki kemungkinan untuk bisa shalat lebih dari lima waktu, puasa lebih dari satu bulan dan berhaji lebih dari sekali, namun karena kasih-Nya yang menyeluruh dan rahmat-Nya yang luas, Allah tidak mengeluarkan hamba-Nya dari batas kemauan tabiatnya. Bahkan Allah memberikan keluasan kepada mereka.”

Golden Manners: Hidup Ini Memang Melelahkan




Tepat sekali. Hidup di dunia ini melelahkan, membosankan, menyusahkan, kecuali bagi kita yang tahu bagaimana caranya bahagia, tiada lain kecuali dengan taqwa. Hidup di dunia ini melelahkan. Harus makan, minum, berpakaian, bekerja, mengurus rumah, mengatur waktu, merawat kesehatan, buang air besar dan kecil, mandi dan lain sebagainya.
Dr. Muhammad bin Ibrahim An-Nu’aim dalam ‘Kaifa Tuthilu ‘Umraka’ mengungkapkan, “Makan dan minum bukanlah tujuan dari hidup ini, karena jika kita hidup untuk itu maka kita tidak berbeda dengan binatang dan orang-orang kafir, di mana ambisi mereka dalam hidup hanyalah makan dan kenikmatan… Akan tetapi tujuan dari keberadaan kita dan ditundukkannya apa yang ada di atas bumi untuk kita adalah beribadah kepada Allah Yang Maha Penyayang dengan menjauhi hawa nafsu syaitan. Meminjam istilah dagang yakni hendaknya kita mengumpulkan kebaikan semaksimal mungkin sebelum ajal menjemput dan selalu berusaha untuk memanfaatkan waktu yang terbatas dengan amal shalih yang mengangkat derajat kita di Surga.”

Memendarkan Energi Dzikir

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way



Sesungguhnya, dzikir memiliki kedudukan yang teramat sangat tinggi dan luas di dalam Islam. Tidak sebatas ruang di balik setengah tempurung kelapa tempat bersembunyi katak seperti itu. Dzikir bersemayam di segala macam aktifitas kehidupan siang dan malam. Dzikir menyimpan energi positif yang sangat dahsyat bagi umat, baik secara personal maupun universal. Dzikir memiliki sinar-sinar lembut yang berkekuatan mendekatkan diri kepada Allah Al-Hamid dan memperbaiki dunia-Akhirat seluruh peradaban.

Dr. Naji bin Ibrahim Al-‘Arfaj menyatakan dalam ‘Hal Iktasyafta Jamalahu Al-Haqiqi’, “Memang, berdzikir kepada Allah secara ikhlas, rendah hati kepada-Nya, memohon pengampunan (istighfar), dan shalat yang dilakukan hanya untuk Allah saja, merupakan kunci agung dan indah untuk ketenangan pikiran, ketenangan batin, dan barakah.”

Minggu, 13 Maret 2016

Golden Manners: Harta Menjadi Kekal untuk Kepentingan Sosial

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way



Salah satu janji Allah bagi orang yang bershadaqah adalah Allah melimpahkan barakah yang menjadikan harta semakin berkembang dan kekal. Sayangnya, janji Allah ini tidak akan dipedulikan oleh orang yang tidak punya rahmah (kasih sayang) di dalam qalbunya. Tercabutnya rahmah dari qalbu adalah indikasi akan kehancuran kita saat ini dan nanti.
Prof. Dr. Ahmad Ash-Shuwayyan dalam ‘Min Ma’alim Ar-Rahmah’ mengungkapkan, “Salah satu pintu pembinaan dan latihan pengendalian empati manusia adalah berbuat baik kepada orang-orang lemah. Orang yang memiliki kasih sayang adalah orang yang apabila menyaksikan kelemahan dan kemiskinan orang lain, hatinya menjadi luluh dan perasaan kasihnya bergerak lalu tangannya memberi, tanpa mengungkit-ungkitnya apalagi menyakitinya… Orang yang hatinya memiliki kasih sayang adalah orang yang merasakan derita orang faqir dan miskin. Ia merasakan kesedihan dan kelaparannya, ia berusaha meringankannya, ia memotong sebagian dari hartanya kadar yang cukup untuk membantu orang butuh dan menghadapi kesulitan…”

Jumat, 11 Maret 2016

Menjalani Hidup Tenang dengan Sabar dan Tidak Tergesa-gesa

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.



Sebagaimana diketahui, The Golden Manners Way menggariskan prinsip hidup berbalut sabar dan syukur. Sabar dan syukur menjadi mudah tatkala kita terbiasa menerapkan golden manners. Sabar dan syukur telah terbukti secara empiris menciptakan kehidupan yang ideal, normal, sehat, sejahtera, aman, dan lapang. Mereka yang tidak mengindahkan konsep sabar dan syukur, lebih-lebih mengabaikan golden manners secara keseluruhan, akan dipaksa untuk hidup dalam kesempitan, ketakutan, kesengsaraan, kekacauan dan kesedihan.
Dari sisi kesehatan saja, orang yang tidak mau bersabar sebagaimana diajarkan oleh Islam, maka metabolisme tubuh akan mengalami gangguan dan secara simultan dapat menurunkan kesehatan. Dr. Redford Williams, seorang internis dari Pusat Kesehatan Universitas Duke, North Carolina mengatakan bahwa tipe kepribadian yang selalu tergesa-gesa adalah tipikal yang mudah marah apabila mereka tertahan oleh suatu hal. Tipe kepribadian ini memiliki resiko masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi dan penyakit jantung.

Rabu, 09 Maret 2016

Pelaku Golden Manners Adalah Pemakmur Masjid

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way




Masjid sejak dahulu menjadi pusat hubungan di antara kaum muslimin, serta tempat bertukar ide dan pemikiran di antara mereka. Sebagaimana juga menjadi pusat pendidikan yang pada awal mula-nya berfokus pada fiqih, tafsir Al-Qur`an, meriwayatkan Hadis-Hadis Nabi, dan penjelasan ilmu-ilmu keislaman. Setelah itu berkembang dan dipelajarilah ilmu-ilmu umum dan sastra di dalam masjid.
Dr. ‘Abdullah ‘Abdul Mu’thi dalam Kaifa Tashna’u Thiflan Mubdi’an mengatakan, “Masjid adalah tempat yang dihiasi atmosfir iman di mana orang-orang dewasa dan anak-anak berkumpul menjadi satu. Mereka semua terlibat di dalam satu kegiatan yang sama. Mereka berdiri dengan khusyuk di hadapan Allah Yang Maha Esa. Maka setiap orang tua yang berakal sehat hendaknya tidak mengharamkan putera-puterinya dari nikmatnya shalat dan aktifitas keimanan lainnya bersama orang-orang dewasa di dalam masjid yang suci.” Termasuk juga membaca kitab suci Al-Qur`an, mempelajari dan memahaminya di dalam masjid.

Mudah Menjauhi Dosa Adalah Efek Golden Manners

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd. 
Penggagas The Golden Manners Way



Dosa adalah biasa. Biasa karena setiap keturunan Nabi Adam telah ditetapkan oleh Allah Al-Ghafur sebagai pendosa. Baik dosa kecil maupun dosa besar. Dr. Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd dalam artikel ‘Man Taraka Syai`an Lillah’ yang dimuat di ar.islamway.net memaparkan, “Sesungguhnya nafsu syahwat mempunyai kekuatan terhadap jiwa, kekuasaan dan keteguhan terhadap hati, karena sebab itu maka meninggalkannya sangat berat dan berlepas diri darinya teramat susah… Kecenderungan tabiat manusia kepada nafsu syahwat tidak bertentangan dengan sifat taqwa, apabila ia tidak melakukannya dan selalau melawan hawa nafsunya untuk membencinya, bahkan hal itu termasuk jihad dan bagian dari taqwa…” Taubat adalah jihad yaitu jihad memerangi hawa nafsu. Taubat adalah taqwa karena taqwa adalah menjalankan perintah Allah At-Tawwab dan menjauhi larangan-Nya. The Golden Manners Way meyakini dosa adalah biasa sementara taubat adalah luar biasa karena taubat adalah penghapus catatan dosa.

Golden Manners Optimalkan Fungsi Akal

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way



Prof. Dr. Rabi’ Al-Madkhali mengingatkan kita bahwa manusia itu dibekali tiga piranti untuk menjalani kehidupan dunia secara ideal yaitu akal, fithrah dan agama. Beliau mengutarakan arti penting tiga piranti tersebut dalam bukunya Manhaj Al-Anbiya` fi Ad-Da’wah ila Allah, “Allah mengaruniakan kenikmatan kepada manusia berupa akal, di samping nikmat-nikmat agung dan kemuliaan lainnya yang tidak dapat diukur nilainya. Akal inilah yang mengangkat manusia kepada pembebanan Ilahi dan menjadikannya layak untuk mengerti dan memahaminya. Kemudian manusia dibekali dengan fithrah yang selaras dengan apa yang dibawa para utusan Allah berupa wahyu yang mulia, selaras dengan agama yang benar.”
Tanpa akal, manusia tidak akan cerdas mengelola dunia. Tanpa akal, manusia bisa saja punah semenjak lama. Tanpa akal, manusia mungkin akan terbelakang seperti hewan. Tanpa akal, manusia tidak berpeluang memahami hakekat kehidupan. Tanpa akal, manusia jelas akan mengalami peradaban yang carut-marut dan kalut.

Arti Penting Waktu

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way



Dr. Ibrahim Al-Fiqi dalam ‘Saithir ‘ala Hayatika’ menegaskan, “Yang ingin saya tegaskan, masalah utama kita bukan terletak pada tidak adanya waktu yang cukup untuk mewujudkan sesuatu yang ingin kita kerjakan. Tetapi, masalahnya ada pada ketidakmampuan kita memanfaatkan waktu dengan baik dan benar untuk mengerjakan sesuatu yang harus dilakukan… Orang yang berakal tidak akan pernah menyia-nyiakan waktunya karena menyia-nyiakan waktu berarti membunuh kehidupannya… Orang yang berakal adalah orang yang mampu memanfaatkan waktunya dengan baik.”
Founding father disiplin ilmu Neuro Conditioning Dynamic (NCD) dan Power Human Energy (PHE) tersebut berpesan, “Perlakukanlah hidup Anda secara profesional! Yakinkan diri sendiri bahwa Anda mampu mengontrol hidup Anda dan menghadapi tantangan setiap hari! Bekali diri Anda dengan keahlian mengatur waktu dan melaksanakan apa yang telah Anda pelajari!... Menyepelekan waktu berarti menyepelekan hidup dan menelantarkan impian dan cita-cita...”

Empat Klasifikasi Model Pendidikan Golden Manners

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way




Prof. Dr. ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman Al-Jibrin dalam Al-I’lam bi Kufri Man Ibtagha Ghaira Al-Islam menjabarkan empat klasifikasi pendidikan dalam rangka membangun karakter yang mantap (tsiqqah). Pertama, pendidikan keimanan (التَّرْبِيَةُ اْلإِيْمَانِيَّةُ) yaitu, tarbiyah  yang mampu menghidupkan hati dan perasaan dengan rasa takut, berharap dan cinta (kepada Allah), yang menepus kegersangan (hati) yang timbul ketika jauh dari nash-nash Al-Qur`an dan Sunnah, serta berkutat pada perkataan-perkataan manusia. Kedua, pendidikan ilmiah (التَّرْبِيَةٌ الْعِلْمِيَّةٌ) yaitu, tarbiyah yang berdiri di atas landasan dalil shahih yang menolak taklid dan sikap bunglon yang tercela. Ketiga, pendidikan yang tertata (التَّرْبِيَةُ الْوَاعِيَّةُ) yaitu, tarbiyah yang tak mengenal cara orang-orang rusak, mempelajari fikiran musuh-musuh Islam, melingkupi kenyataan dengan ilmu, kejadian-kejadian dengan pemahaman dan perbaikan, yang menafikan sikap eksklusif (tertutup), yang terkungkung oleh baiat-baiat kecil yang terbatas. Keempat, pendidikan yang berjenjang (التَّرْبِيَةُ الْمُتَدَرِّجَةُ) yaitu tarbiyah seorang muslim yang berlangsung sedikit demi sedikit, meningkat sesuai dengan tingkatan kesempurnaan ilmunya, dengan pengukuran yang seimbang, yang menafikan tarbiyah tanpa perencanaan (persiapan), tergesa-gesa, serta loncatan-loncatan yang membuat rusak.

Dahsyatnya Efek Tawakkal Bagi Para Eksekutif dan Entrepreneur

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way



Prof. Dr. Faishal Basyarahil dalam Shina’ah Al-Qa’id mengingatkan akan keselarasan tawakkal dan usaha manusia. Ya, tawakkal tidak berarti mengharuskan para eksekutif dan entrepreneur melupakan upaya-upaya yang sewajarnya untuk dijalani dalam menggapai kesuksesan program yang direncanakannya. Sebaliknya, para eksekutif dan entrepreneur tidak berhak untuk mengandalkan tindakan yang sudah dilakukannya sebagai kunci keberhasilan, karena segala kesuksesan ada dalam keputusan Allah. 
Prof. Basyarahil mengatakan, “Kendati seorang leader muslim mengerjakan upaya-upaya yang semestinya, seperti membuat planning yang baik, kecakapan manajemen, pembagian tugas, intergrasi tim, pelatihan dan penggunaan teknik-teknik leadership yang baru, tetapi seorang leader muslim (tidak lupa) memandang bahwa semua itu hanyalah bagian dari upaya manusia yang apabila dia tinggalkan di saat dia mampu melakukannya maka dia telah durhaka kepada Allah.”

Golden Manners: Jadilah Pemaaf

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way



Dr. ‘Abduddaim Al-Kahil menerangkan, “Manusia yang paling panjang usianya adalah orang yang paling toleran dan pemaaf! Jadi, Anda harus memiliki kemampuan untuk mentolerir dan memaafkan orang-orang yang menyakiti, menyinggung atau mengganggu Anda. Karena tanpa langkah ini, Anda  tidak akan mampu memperbaiki diri dan emosi akan tetap mengendalikan diri Anda. Sebagaimana para peneliti saat ini juga menegaskan bahwa dengan berinfak (mengeluarkan sebagian harta) kepada fakir miskin dan membantu mereka memperoleh sesuatu mendapatkan ketenangan dan kenyamanan hidup, akan mengobati penaykit emosi yang ada dalam dirinya. Sikap pemaaf atau toleran sangatlah urgen dan penting karena keduanya akan menjadi sarana penyembuh emosi dari akarnya, karena alasan utama yang ada di balik setiap emosi adalah perasaan bahwa orang lain telah menyakitinya dan kemudian mencoba bereaksi secara emosional terhadap mereka dalam bentuk balas dendam. Jika diputuskan untuk mengirim pesan kepada dirinya maka pada saat yang bersamaan dirinya harus mentolerir orang lain dan mengulangi pesan ini lalu menemukan diri agar selalu toleran dan memaafkan!”

Kamis, 03 Maret 2016

Syahwat dan Kenangan Masa Lalu Menyebabkan Putus Asa

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way



Prof. Dr. Faishal Basyarahil dalam Shina’ah Al-Qa’id melarang kita mengenang kegagalan-kegagalan masa lalu yang dapat menyeret kita kepada keputusasaan. Beliau mengatakan, “Jikalau Anda menyesali sebagian pengalaman dini pada masa kecil, atau tidak memiliki spesialisasi pada salah satu bidang ilmu, keterampilan atau pelatihan yang anda terima hanya formalitas belaka, ma-ka Anda tidak perlu putus asa! Karena hal itu tidak berarti bahwa anda tidak akan mampu menjadi leader. Ketika kita melihat kepemimpinan, maka kepribadian Anda secara keseluruhan adalah hal yang penting, bukan bagian-bagiannya.”
Apa rahasia kita selalu terbawa arus putus asa sementara kita sudah berusaha menghindarinya? Salah satunya adalah syahwat yang liar. Syahwat tidak melulu nafsu, melainkan segala macam keinginan terhadap apapun yang buruk dan jelek. 

Senin, 29 Februari 2016

Totalitas Adalah Ciri Khas Pemilik Golden Manners

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way



Golden Manners menggariskan totalitas sebagai sebuah keniscayaan bagi pelakunya. Golden Manners mengajarkan untuk serius dan berkonsentrasi terhadap segala sesuatu yang memang harus dikerjakan. Tanpa totalitas, penerapan golden manners juga akan gagal. Tidak hanya itu, pelaku golden manners tidak akan sukses dalam mengejawantahkan sikap-sikap unggul dalam kehidupan, pekerjaan, pendidikan, kesehatan, kekuasaan dan lain sebagainya apabila tidak memiliki totalitas. Dalam berislam pun dibutuhkan totalitas. Jangan lupa, Islam adalah aturan hidup, bukan sekedar aturan spiritualitas.
Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili dalam At-Tafsir Al-Munir 2/340 [Cet. Dar Al-Fikr Al-Mu’ashir] memaparkan, “Agama Islam adalah sesuatu yang utuh yang tak boleh dipecah-pecah, maka barang siapa beriman kepada Islam maka ia wajib mengambil keseluruhannya. Jadi dia tidak boleh memilih hukum Islam yang ia senangi dan meninggalkan hukum Islam yang tidak ia sukai atau mengumpulkan antara Islam dan agama-agama yang lain, karena Allah Ta’ala memerintahkan mengikuti seluruh ajaran-ajaran Islam, menerapkan semua kewajiban-kewajibannya dan memuliakan semua aturan-aturannya tentang halal dan haram.”

Ghuluw dan Takalluf Menghancurkan Golden Manners

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way



Dr. ‘Abdul ‘Aziz Alu ‘Abdul Lathif, dosen jurusan ‘Aqidah di Al-Imam Muhammad bin Suud Islamic University dalam salah satu kicauannya di @dralabdullatif, “Barangsiapa yang mencermati perkembangan sejarah Islam, niscaya ia akan segera mengambil pelajaran bahwa faktor utama lemahnya iman kaum muslimin dan berkurangnya sikap ittiba’ ialah sikap ghuluw (ekstrim) dalam ucapan dan perbuatan mengada-ada dalam ibadah.”
Benar sekali. Banyak hal memalukan dan memilukan yang dilakukan umat manusia, salah satunya disebabkan oleh ghuluw dan takalluf (membebani diri dengan hal di luar kewajaran/kemampuan).