Tampilkan postingan dengan label Leadership. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Leadership. Tampilkan semua postingan

Selasa, 29 Maret 2016

Golden Manners: Komitmen dengan Prinsip

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way




The Golden Manners Way meniscayakan komitmen (iltizam) sebagai basis, di samping totalitas (kaffah) dan hikmah sebagai dua power terbesar. The GM Way membangun kesadaran pelakunya, melalui banyak kajian teoritik, tentang betapa pentingnya komitmen terhadap prinsip.
Dr. ‘Aidh Al-Qarni dalam ‘Hatta Takuna As’ad An-Nas’ menyarankan untuk memiliki prinsip yang baku dan paten untuk kemudian secara berani kita berpegang teguh dengannya, “Jadilah seseorang yang pemberani, yang teguh hati, berpendirian kokoh, memiliki kemauan keras, dan jangan mudah tertipu oleh isu-isu atau kabar-kabar burung yang tidak jelas ujungnya.”

Rabu, 09 Maret 2016

Arti Penting Waktu

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way



Dr. Ibrahim Al-Fiqi dalam ‘Saithir ‘ala Hayatika’ menegaskan, “Yang ingin saya tegaskan, masalah utama kita bukan terletak pada tidak adanya waktu yang cukup untuk mewujudkan sesuatu yang ingin kita kerjakan. Tetapi, masalahnya ada pada ketidakmampuan kita memanfaatkan waktu dengan baik dan benar untuk mengerjakan sesuatu yang harus dilakukan… Orang yang berakal tidak akan pernah menyia-nyiakan waktunya karena menyia-nyiakan waktu berarti membunuh kehidupannya… Orang yang berakal adalah orang yang mampu memanfaatkan waktunya dengan baik.”
Founding father disiplin ilmu Neuro Conditioning Dynamic (NCD) dan Power Human Energy (PHE) tersebut berpesan, “Perlakukanlah hidup Anda secara profesional! Yakinkan diri sendiri bahwa Anda mampu mengontrol hidup Anda dan menghadapi tantangan setiap hari! Bekali diri Anda dengan keahlian mengatur waktu dan melaksanakan apa yang telah Anda pelajari!... Menyepelekan waktu berarti menyepelekan hidup dan menelantarkan impian dan cita-cita...”

Senin, 29 Februari 2016

Kesuksesan Menurut Prof. Dr. 'Abdul Karim Bakkar

Oleh Prof. Dr. 'Abdul Karim Bakkar
Direktur Intellectual Building Academy






Tidak ada keraguan bahwa umat Islam sangat membutuhkan sebanyak mungkin jumlah orang-orang yang unggul, sukses dan memiliki obsesi yang besar, disebabkan oleh kelemahan yang dialaminya dalam bidang ilmu, produksi dan materiil.
Kebutuhan ini sangat mendesak, karena kita -singkatnya- tidak akan mampu membangun umat yang kuat dari pribadi-pribadi yang lemah. Namun yang juga penting adalah kalian harus mengingat satu hal yang sangat pokok, yaitu bahwa Islam sangat teliti dalam me-netapkan cara yang akan mengantarkan kepada tujuan-tujuan yang besar persis seperti ketelitiannya dalam menetapkan tujuan itu sendiri. Karena itu, kesuksesan hakiki yang sudah harus kita capai bersama itu memiliki 2 karakteristik mendasar: Pertama, ia harus tercapai dengan cara yang disyariatkan dan legal. Kedua, ia harus mendekatkan sang empunya dengan Allah. Artinya keberhasilan dunia sang pemilikinya men-dorongnya untuk melakukan pengorbanan di jalan Allah, berkhidmat kepada umat manusia, dan turut serta dalam memba-ngun kepentingan umum serta bangkit bersama negeri.

Golden Manners: Jadilah Inovator

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way



Dr. 'Abdullah Muhammad 'Abdul Mu'thi dalam bukunya Kaifa Tashna'u Thiflan Mubdi'an mengungkapkan, "Umat kita perlu mencetak generasi yang inovatif. Dan oleh karena umat kita adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, maka umat kita tidak memerlukan inovator-inovator yang biasa. Umat kita memerlukan inovator-inovator yang robbani (religius). Seorang inovator robbani adalah inovator yang hatinya selalu berhubungan dengan Allah Ta’ala. Ia selalu meminta pertolongan, bertawakkal, memanjatkan puja-puji dan bersyukur kepada Allah… Inovasi adalah rizki dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Pengasih. Siapa yang mau bekerja keras, bersabar dan berusaha, berhak mendapatkan kemenangan dan meraih tongkat estafet…”

Kamis, 25 Februari 2016

Golden Manners: Jangan Zhalim

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way



Ketua Islamic Press League Prof. Dr. Ahmad Ash-Shuwayyan dalam ‘Rahasia Kasih Sayang dalam Islam’ (Qatar: Sheikh Thani bin Abdullah Foundation for Humanitarian Services, 2012) hal. 97 mengungkapkan, “Kezhaliman merupakan indikasi kekerasan hati, tanda tercabutnya kasih sayang. Ia merupakan sumber mayoritas kerusakan dan penyimpangan yang telah tersebar di masyarakat. Kalau kasih sayang merupakan sumber kebaikan dan titik tolak amal shaleh, maka kezhaliman merupakan simpul segala keburukan dan wadah bagi segala perbuatan dosa.” Dikutip dari buku saya 'ENSIKLOPEDI SUNNAH' yang sedang proses editing, kira-kira akan terbit dengan tebal 600 halaman.
Apa yang dikatakan Prof. Ash-Shuwayyan benar adanya. Bahwa kezhaliman menciptakan ekses negatif terhadap kehidupan sosial dan individual. Karenanya, kezhaliman yang erat dengan kekuasaan, sama-sama harus dihindari. Ya, kekuasaan dalam artian kepemimpinan betul-betul harus disikapi dengan sangat hati-hati.
Allah mengingatkan, "Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka." (QS Muhammad [47]: 22 – 23)

Minggu, 21 Februari 2016

11 Prinsip Mencetak Generasi Leader

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way



Diantara derivat dari The Golden Manners Way adalah leadership. Leadership merupakan sebuah keniscayaan bagi orang yang mengaplikasikan The Golden Manners Way. Leadership sudah bukan rahasia lagi dipercaya sebagai modal paling imperatif bagi pencapaian-pencapaian para entrepreneur, edukator, praktisi dakwah, dan publik secara umum.
Dalam konsep The Golden Manners Way, ada keharusan bagi para orang tua selaku edukator dalam keluarga, mengerahkan usaha untuk mencetak generasi sebagai leader, karena orang tua merupakan pihak pertama yang paling berpengaruh pada masa depan generasi.
Menurut Prof. Dr. Faishal Basyarahil dalam Shina'ah Al-Qa'id, ada beberapa prinsip mencetak generasi muslim berkarakter leader,

  1. Membekali dengan pelajaran dan pelatihan secara kontinyu
  2. Memberikan pelajaran bahasa dan skill
  3. Membangun rasa tanggung jawab melalui pemberian tugas-tugas besar
  4. Mengajarkan keterampilan riset ilmiah
  5. Menyusun visi yang jelas
  6. Menggaji bakat 
  7. Bergabung dalam aksi sosial
  8. Konsentrasi penuh
  9. Uswah hasanah
  10. Mengoptimalkan potensi
  11. Niat yang tulus dan baik.
Jadi, disamping uswah hasanah (good model) dan niat yang tulus, generasi muslim akan unggul di hadapan publik global apabila dididik dengan secara berkesinambungan baik dengan pelajaran beragam bahasa (multilingual), skill dan bakat, tanggung jawab dalam tugas-tugas besar, riset ilmiah dan aksi-aksi sosial.





Ngaji juga di www.quantumfiqih.com dan quantumfiqih.wordpress.com.

Tags: Tarekat Mu’tabarah, ‘Umariyyah, Naqsyabandiyyah, Qodiriyyah, Syadziliyyah, Rifa’iyyah, Ahmadiyyah, Dasuqiyyah, Akbariyyah, Chistiyyah, Maulawiyyah, Kubrawardiyyah, Khalwatiyyah, Jalwatiyyah, Bakdasyiyyah, Ghuzaliyyah, Rumiyyah, Sa’diyyah, Justiyyah, Sya’baniyyah, Kalsyaniyyah, Hamzawiyyah, Bairumiyyah,. ‘Usysyaqiyyah, Bakriyyah, ‘Idrusiyyah, 'Utsmaniyyah, ‘Alawiyyah, ‘Abbasiyyah, Zainiyyah, ‘Isawiyyah, Buhuriyyah, Haddadiyyah, Ghaibiyyah, Khalidiyyah, Syaththariyyah, Bayuniyyah, Malamiyyah, ‘Uwaisiyyah, ‘Idrisiyyah, Akabiral Auliya`, Matbuliyyah, Sunbuliyyah, Tijaniyyah, Samaniyyah, Suhrawardiyyah, Syadziliyyah, Qadiriyyah, Naqsyabandiyyah