Tampilkan postingan dengan label Manajemen Qalbu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Manajemen Qalbu. Tampilkan semua postingan

Jumat, 13 Mei 2016

Ramadhan Bulan Berkah Bagi Para Pelaku Golden Manners





Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” [QS. Ad Dukhan: 3] Yang dimaksud malam yang diberkahi di sini adalah malam lailatul qadr. Inilah pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu Jarir Ath-Thabari. Inilah yang menjadi pendapat mayoritas ulama diantaranya Ibnu ‘Abbas. 
Di dalam bulan Ramadhan terdapat banyak berkah yang dapat kita peroleh. Semenjak amalan sahur, kita sudah bisa mendapatkan berkah. Hasil penelitian Prof. Dr. Fadhl Ilahi dalam Man Tushalli ‘Alaihim Al-Malaikat wa Man Tal’anuhum terhadap teks-teks primer Islam, menyebutkan bahwa dalam sahur terdapat berkah sehingga sahur sama sekali tidak boleh ditinggalkan walaupun seteguk air dan orang yang melakukan sahur mendapatkan shalawat dari Allah yaitu rahmah dan shalawat dari malaikat yaitu permohonan ampun. Dan oleh karena dalam sahur saja sudah terdapat berkah apalagi dalam amalan puasa seutuhnya dalam sejak setelah sahur hingga berbuka.
Begitu berkahnya Ramadhan, maka sama sekali tidak ada izin bagi siapapun meninggalkan puasa kecuali alasan yang diterima Allah. Prof. Dr. ‘Abdullah Ath-Thayyar memaparkan dalam Ash-Syiyâm; Ahkâm Wa Adâb, “Sesungguhnya orang-orang yang dengan terang-terangan berbuka (tidak berpuasa) di siang bolong pada bulan Ramadlan sementara kondisi mereka sangat sehat dan tidak ada 'udzur yang memberikan legitimasi pada mereka untuk tidak berpuasa adalah orang-orang yang sudah kehilangan rasa malu terhadap Allah dan rasa takut terhadap para hamba-Nya, otak-otak mereka telah dipenuhi oleh pembangkangan, hati mereka telah dipermainkan dan disentuh oleh syaithan dan gelimang dosa. Mereka tidak menyadari bahwa dengan tidak berpuasa tersebut, berarti mereka telah menghancurkan salah satu dari rukun-rukun agama ini. Mereka adalah orang-orang yang fasiq, kurang iman dan rendah derajat. Kaum Muslimin akan memandang mereka dengan pandangan hina. Mereka termasuk para pelaku maksiat yang besar dan kelak di hari Kiamat, siksaan Allah Yang Maha Perkasa Lagi Kuasa telah menunggu mereka.”
Dapatkan krupuk kedelai khas desa kualitas mancanegara di www.sbycorporation.com
Jangankan amalan yang dilakukan di dalam bulan Ramadhan, bulan Ramadhan sendiri merupakan berkah dari Allah Ar-Razzaq. Hasil riset pustaka Prof. Dr. Mutawalli Asy-Sya’rawi yang tersaji dalam Anta Tas`alu wa Al-Islam Yajibu, Ramadhan berasal dari kata “Ramadh”, artinya terik matahari yang dahsyat. Dulu, ketika orang memberi nama bulan, disesuaikan dengan keadaannya. Jadi, nama Ramadhan disesuaikan dengan keadaan cuaca atau musim, begitu pula dengan nama “Rabi’ul awwal” dan “Rabi’ul akhir”, artinya “semi” yaitu saat musim semi. Perputaran musim itu sesuai dengan peredaran (hitungan) matahari. Jadi, Ramadhan terkadang jatuh pada musim panas dan terkadang musim dingin. Ramadhan adalah satu-satunya bulan yang disebut dalam Al-Quran. Sementara sebelas nama bulan lainnya tidak termaktub dalam kitab suci umat Islam tersebut.
Secara sederhana, puasa merupakan berkah bagi jiwa dan raga. Prof. Dr. Yusuf Al-Qardhawi menerangkan dalam Al-‘Ibadah fi Al-Islam, “Bila makanan dan minuman adalah sumber energi fisik, maka puasa adalah sumber energi jiwa, dimana seorang muslim terbebas dari hegemoni nalulrinyal dan berhasil mengalahkan berbagai kecenderungan hawa nafsunya. Bahkan aspek kejiwaannya semakin kuat lagi meningkat, alhasil, seseorang akan mengetahui nilai jati dirinya. Dan tidak sepantasnya kerinduan jiwanya takluk di bawah kendali tuntutan ragawinya. Sebab, tubuh ibarat rumah, sementara jiwa adalah pemilik dan penghuninya.”


Ikuti channel telegram.me/manajemenqalbu
Gabung Grup Whatsapp Islamia 082140888638
Broadcast Islami di Blackberry Messenger 5259017E
Follow brillyelrasheed561.wordpress.com
Gabung facebook.com/groups/grupislamia
Bersosial entrepreneurship di sbycorporation.wordpress.com



Dapatkan buku-buku Islami inspiratif-motivatif-kontemplatif karya Brilly El-Rasheed, S.Pd.: (1) Golden Manners Rp 60.000,-; (2) Mendekat Kepada Allah Rp 38.000,-; (3) Kutunggu di Telaga Rp 40.000,-; (4) Quantum Iman Rp 62.000,-; (5) Benteng Umat Islam Rp 42.000,-; (6) Maksiat dalam Taubat Rp 39.000,-; (7) Titisan Ahli Surga Rp 35.000,-; (8) Menepi dari Dunia Rp 55.000,-; (9) Jangan Rp 44.000,-; melalui kontak masing-masing penerbit atau melalui Brilly Online Bookstore (BOOST) di 08155241991.
Tags: Ormas Islam Induk di Indonesia, Jami’ah Khairiyah, Al-Irsyad Al-Islamiyah, Masyumi, Syarikat Islam Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Islam PERSIS, Nahdlatul Wathan, Pelajar Islam Indonesia PII, Lembaga Dakwah Islam Indonesia LDII, Jam’iyah Al-Washliyah, Rabithah ‘Alawiyah, Front Pembela Islam FPI, Hizbut Tahrir Indonesia HTI, Mathla’ul Anwar MA, Jam’iyah Al-Ittihadiyah, Hidayatullah, Al-Wahdah Al-Islamiyah, Majelis Tafsir Al-Quran MTA, Harakah Sunniyah Untuk Masyarakat Islami HASMI, Persatuan Tarbiyah Islamiyah PERTI, Persatuan Ummat Islam PUI,  Shiddiqiyah, Wahidiyah. 

Selasa, 26 April 2016

Refleksi Kesombongan




Sombong adalah sikap dan perilaku yang paling memuakkan karena sombong hanya pantas dimiliki dan dilakukan Allah Al-Mutakabbir. Siapapun, baik muslim maupun nonmuslim, tidak layak bersikap dan berlaku sombong. Kesombongan sebesar noktah pena saja dilarang dalam agama. Sombong adalah dosa pertama dalam sejarah makhluk semesta yakni yang dilakukan iblis, sementara hasad adalah dosa pertama dalam sejarah peradaban anak cucu Adam. 
Sombong merupakan syiar generasi jahiliyyah, dimana mereka dikenal masyarakat dunia sebagai kelompok penghuni gurun sahara tanah Hijaz yang sombong dan bangga terhadap nenek moyang dan keturunannya. Diterangkan oleh Prof. Dr. Shalih Al-Fauzan dalam Syarh Masa`il Al-Jahiliyyah, “Masyarakat jahiliyyah menolak kebenaran bila kebenaran itu telah dianut oleh kalangan lemah di tengah masyarakat… termasuk perangai kaum jahiliyyah adalah mengakui kebenaran bukan karena hendak mengambilnya namun sebagai langkah untuk menolaknya… Mereka menampakkan seolah-olah menerima kebenaran.
Maka sombong sama sekali tidak ditolerir. Dalam Madza Yuhibbullah wa Madza Yubghidhuhu, Dr. ‘Adnan Ath-Tharsyah mendefinisikan, “Sombong (takabbur) adalah merasa besar, angkuh, merasa tinggi di atas orang lain, sedangkan orang lain hina dan rendah, dan menolak kebenaran; dan sombong adalah lawan kata dari tawadhu’ (rendah hati). Orang-orang yang sombong adalah orang yang angkuh (enggan) dalam beribadah kepada Allah… Al-Mukhtal Al-Fakhur (orang yang sombong lagi membanggakan diri) adalah orang yang sombong lagi takjub terhadap dirinya sendiri; dan pandangannya adalah pandangan kebanggaan; memandang orang lain dengan pandangan meremehkan dan memalingkan muka; membanggakan derajat, harta, strata sosialnya yang terhormat; dan berjalan di muka bumi dengan angkuh, sombong dan ‘manis’ bicaranya.”
Ngaji juga di www.quantumfiqih.com
Tak ada jalan sedikitpun bagi kesombongan lebih-lebih ‘hanya’ dalam bentuk enggan bercengkrama karena lawan bicara hanya orang biasa, enggan bertegur sapa karena di hadapannya sekedar orang tak berharta, enggan memenuhi undangan karena pemilik hajat cuma bukan orang yang banyak jasa. Dr. ‘Aidh Al-Qarni menuturkan dalam Syakhshiyyat min Al-Qur`an Al-Karim, “Rukun kufur ada tiga: hasad, sombong dan dusta. Barangsiapa di dalam dirinya terhadap sifat sombong, maka dia telah mengumpulkan sepertiga dari kekufuran di dalam dirinya. Oleh sebab itu, hendaklah dia waspada dan berhati-hati dengan sisanya. Sifat sombong adalah motto iblis. Kita memohon perlindungan kepada Allah darinya. Dan diantara ciri-ciri orang sombong adalah (1) Tidak pernah mengambil manfaat dari orang lain; (2) Tidak melihat keutamaan dan kebaikan orang lain; (3) Tidak tunduk kepada kebenaran meskipun dia mengetahuinya. Orang yang sombong diketahui dari gaya bicara, berjalan, dan juga deheman dan batuknya.”








Tags: Ormas Islam Induk di Indonesia, Jami’ah Khairiyah, Al-Irsyad Al-Islamiyah, Masyumi, Syarikat Islam Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Islam PERSIS, Nahdlatul Wathan, Pelajar Islam Indonesia PII, Lembaga Dakwah Islam Indonesia LDII, Jam’iyah Al-Washliyah, Rabithah ‘Alawiyah, Front Pembela Islam FPI, Hizbut Tahrir Indonesia HTI, Mathla’ul Anwar MA, Jam’iyah Al-Ittihadiyah, Hidayatullah, Al-Wahdah Al-Islamiyah, Majelis Tafsir Al-Quran MTA, Harakah Sunniyah Untuk Masyarakat Islami HASMI, Persatuan Tarbiyah Islamiyah PERTI, Persatuan Ummat Islam PUI,  Shiddiqiyah, Wahidiyah. 

Minggu, 27 Maret 2016

Shalat Bukan Penghalang Sukses





Sesungguhnya shalat merupakan kunci kesuksesan hidup, kebahagiaan, kesejahteraan, keamanan, dan kesempurnaannya. Hidup kita menjadi baik karena shalat dan ibadah lainnya. Dr. Ahmad Farid dalam ‘At-Tarbiyah ‘ala Manhaj Ahlis Sunnah wal Jama’ah’ mengungkapkan, “Urusan generasi pertama umat ini menjadi baik dengan adanya proses pendidikan yang benar, melalui puasa, shalat malam dan membaca Al-Qur’an. Ditambah dengan kesediaan mereka untuk mengikuti Sunnah Nabi  dan masuk ke dalam Islam secara total. Dan ditunjang dengan kerelaan mereka untuk berkorban, berinfaq, berjuang dan berperang.”
‘Beruntung’, kita hanya dibebani dengan lima shalat wajib dalam sehari semalam. Lima shalat itu andai kita tinggalkan, maka kegagalan, kesedihan, kesengsaraan, kekacauan, dan kekurangan dalam hidup sangat menjerat leher, tangan, dan kaki kita. Prof. Dr. Sulaiman Abu Al-Khail dalam ‘Mashadir Al-Islam’ menuturkan, “Manusia memiliki kemungkinan untuk bisa shalat lebih dari lima waktu, puasa lebih dari satu bulan dan berhaji lebih dari sekali, namun karena kasih-Nya yang menyeluruh dan rahmat-Nya yang luas, Allah tidak mengeluarkan hamba-Nya dari batas kemauan tabiatnya. Bahkan Allah memberikan keluasan kepada mereka.”

Memendarkan Energi Dzikir

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way



Sesungguhnya, dzikir memiliki kedudukan yang teramat sangat tinggi dan luas di dalam Islam. Tidak sebatas ruang di balik setengah tempurung kelapa tempat bersembunyi katak seperti itu. Dzikir bersemayam di segala macam aktifitas kehidupan siang dan malam. Dzikir menyimpan energi positif yang sangat dahsyat bagi umat, baik secara personal maupun universal. Dzikir memiliki sinar-sinar lembut yang berkekuatan mendekatkan diri kepada Allah Al-Hamid dan memperbaiki dunia-Akhirat seluruh peradaban.

Dr. Naji bin Ibrahim Al-‘Arfaj menyatakan dalam ‘Hal Iktasyafta Jamalahu Al-Haqiqi’, “Memang, berdzikir kepada Allah secara ikhlas, rendah hati kepada-Nya, memohon pengampunan (istighfar), dan shalat yang dilakukan hanya untuk Allah saja, merupakan kunci agung dan indah untuk ketenangan pikiran, ketenangan batin, dan barakah.”

Rabu, 09 Maret 2016

Golden Manners Optimalkan Fungsi Akal

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way



Prof. Dr. Rabi’ Al-Madkhali mengingatkan kita bahwa manusia itu dibekali tiga piranti untuk menjalani kehidupan dunia secara ideal yaitu akal, fithrah dan agama. Beliau mengutarakan arti penting tiga piranti tersebut dalam bukunya Manhaj Al-Anbiya` fi Ad-Da’wah ila Allah, “Allah mengaruniakan kenikmatan kepada manusia berupa akal, di samping nikmat-nikmat agung dan kemuliaan lainnya yang tidak dapat diukur nilainya. Akal inilah yang mengangkat manusia kepada pembebanan Ilahi dan menjadikannya layak untuk mengerti dan memahaminya. Kemudian manusia dibekali dengan fithrah yang selaras dengan apa yang dibawa para utusan Allah berupa wahyu yang mulia, selaras dengan agama yang benar.”
Tanpa akal, manusia tidak akan cerdas mengelola dunia. Tanpa akal, manusia bisa saja punah semenjak lama. Tanpa akal, manusia mungkin akan terbelakang seperti hewan. Tanpa akal, manusia tidak berpeluang memahami hakekat kehidupan. Tanpa akal, manusia jelas akan mengalami peradaban yang carut-marut dan kalut.

Dahsyatnya Efek Tawakkal Bagi Para Eksekutif dan Entrepreneur

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way



Prof. Dr. Faishal Basyarahil dalam Shina’ah Al-Qa’id mengingatkan akan keselarasan tawakkal dan usaha manusia. Ya, tawakkal tidak berarti mengharuskan para eksekutif dan entrepreneur melupakan upaya-upaya yang sewajarnya untuk dijalani dalam menggapai kesuksesan program yang direncanakannya. Sebaliknya, para eksekutif dan entrepreneur tidak berhak untuk mengandalkan tindakan yang sudah dilakukannya sebagai kunci keberhasilan, karena segala kesuksesan ada dalam keputusan Allah. 
Prof. Basyarahil mengatakan, “Kendati seorang leader muslim mengerjakan upaya-upaya yang semestinya, seperti membuat planning yang baik, kecakapan manajemen, pembagian tugas, intergrasi tim, pelatihan dan penggunaan teknik-teknik leadership yang baru, tetapi seorang leader muslim (tidak lupa) memandang bahwa semua itu hanyalah bagian dari upaya manusia yang apabila dia tinggalkan di saat dia mampu melakukannya maka dia telah durhaka kepada Allah.”

Golden Manners: Jadilah Pemaaf

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way



Dr. ‘Abduddaim Al-Kahil menerangkan, “Manusia yang paling panjang usianya adalah orang yang paling toleran dan pemaaf! Jadi, Anda harus memiliki kemampuan untuk mentolerir dan memaafkan orang-orang yang menyakiti, menyinggung atau mengganggu Anda. Karena tanpa langkah ini, Anda  tidak akan mampu memperbaiki diri dan emosi akan tetap mengendalikan diri Anda. Sebagaimana para peneliti saat ini juga menegaskan bahwa dengan berinfak (mengeluarkan sebagian harta) kepada fakir miskin dan membantu mereka memperoleh sesuatu mendapatkan ketenangan dan kenyamanan hidup, akan mengobati penaykit emosi yang ada dalam dirinya. Sikap pemaaf atau toleran sangatlah urgen dan penting karena keduanya akan menjadi sarana penyembuh emosi dari akarnya, karena alasan utama yang ada di balik setiap emosi adalah perasaan bahwa orang lain telah menyakitinya dan kemudian mencoba bereaksi secara emosional terhadap mereka dalam bentuk balas dendam. Jika diputuskan untuk mengirim pesan kepada dirinya maka pada saat yang bersamaan dirinya harus mentolerir orang lain dan mengulangi pesan ini lalu menemukan diri agar selalu toleran dan memaafkan!”

Senin, 29 Februari 2016

Totalitas Adalah Ciri Khas Pemilik Golden Manners

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way



Golden Manners menggariskan totalitas sebagai sebuah keniscayaan bagi pelakunya. Golden Manners mengajarkan untuk serius dan berkonsentrasi terhadap segala sesuatu yang memang harus dikerjakan. Tanpa totalitas, penerapan golden manners juga akan gagal. Tidak hanya itu, pelaku golden manners tidak akan sukses dalam mengejawantahkan sikap-sikap unggul dalam kehidupan, pekerjaan, pendidikan, kesehatan, kekuasaan dan lain sebagainya apabila tidak memiliki totalitas. Dalam berislam pun dibutuhkan totalitas. Jangan lupa, Islam adalah aturan hidup, bukan sekedar aturan spiritualitas.
Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili dalam At-Tafsir Al-Munir 2/340 [Cet. Dar Al-Fikr Al-Mu’ashir] memaparkan, “Agama Islam adalah sesuatu yang utuh yang tak boleh dipecah-pecah, maka barang siapa beriman kepada Islam maka ia wajib mengambil keseluruhannya. Jadi dia tidak boleh memilih hukum Islam yang ia senangi dan meninggalkan hukum Islam yang tidak ia sukai atau mengumpulkan antara Islam dan agama-agama yang lain, karena Allah Ta’ala memerintahkan mengikuti seluruh ajaran-ajaran Islam, menerapkan semua kewajiban-kewajibannya dan memuliakan semua aturan-aturannya tentang halal dan haram.”

Sumber Golden Manners Menurut Prof. Dr. Sulaiman Abu Al-Khail

Oleh Prof. Dr. Sulaiman Abu Al-Khail
Rektor Al-Imam Muhammad bin Saud Islamic University





Agama seluruhnya adalah akhlak. Jika anda menambah akhlakmu maka artinya bertambah agamamu. Dikatakan bahwa akhlak yang baik adalah memberikan kebaikan, menahan dari kejahatan dan menanggung beban yang menyakitkan. Dikatakan juga bahwa akhlak yang mulia adalah membersihkan diri dari segala keburukan dan menghiasi diri dengan semua kebaikan. 
Akhlak mulia ditegakkan di atas empat pondasi. Tidak dibayangkan ia bisa tegak kecuali dengannya, yaitu kesabaran, iffah (menjaga diri dari keburukan), keberanian dan keadilan. 
Kesabaran mendorong dirinya untuk tegar, menahan emosi, tidak menyakitkan, bersikap santun, hati-hati, lemah lembut dan tidak tergesa-gesa. Iffah mendorong dirinya untuk menjauhi perbuatan dan perkataan yang kotor dan buruk serta menjadikan dirinya malu yang merupakan puncak segala kebaikan. Iffah juga bisa menahan dirinya dari segala kekejian, kebakhilan, dusta, ghibah dan namimah.

Kebijaksanaan Menurut Golden Manners

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way



Karakter bijaksana senantiasa mencuri perhatian massa. Orang-orang yang bijaksana selalu menarik simpati siapapun yang memandangnya. Mereka diberi kemampuan menyikapi apapun dengan penuh kearifan dan perhitungan yang matang, sehingga di belakang tidak muncul penyesalan yang kadang tak bisa lekang. Mereka pun bisa menikmati kehidupan ini. Hari-harinya tidak disibukkan dengan dramatisasi beratnya terpaan cobaan. Dia sikapi masalah dengan tenang dan proporsional.
Sebagaimana didefinisikan dalam kamus Lisan Al-‘Arab, bahwa orang yang dianugerahi hikmah sangat menguasai masalah apapun secara profesional dan luas pengalamannya. Orang yang dikaruniai hikmah akan jauh dari celaan dan kenistaan, seperti dikatakan Ibnu Hajar dalam Fat-h Al-Bari dimana beliau menafsirkan hikmah sebagai segala sesuatu yang dapat mencegah dari kebodohan dan celaan akibat perbuatan tercela.

Pengaruh 'Aqidah dalam Membangun Golden Manners

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way



Menurut Dr. Samirah Muhammad ‘Umar, dalam Atsar Al-‘Aqidah fi Al-Fard wa Al-Mujtama’ (Saudi Arabia: King Abdul Aziz University, 1401 H), ‘Aqidah sangat berpengaruh dalam membangun golden manners. ‘Aqidah menjadikan manusia bebas dari penyembahan kepada selain Allah, yakin dan tenang karena Allah, selalu muraqabah kepada Allah, membangkitkan keberanian, berharap syahid, dan lain sebagainya, bahkan juga aqidah memperbaiki kondisi sosial, karena memang aqidah memperbaiki masing-masing individu elemen masyarakat.
Tapi jangan lupa, sebagaimana diingatkan oleh Dr. Ahmad bin Sa’ad Hamdan Al-Ghamidi dalam Atsar Al-‘Aqidah Al-Islamiyyah fi Tadhamui Wahdah Al-Ummah Al-Islamiyyah (Saudi Arabia: Madinah Islamic University, 1404 H) bahwa ‘aqidah yang benar adalah menetapkan apa yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. 

Kamis, 25 Februari 2016

Definisi Manner

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way



Menurut Dr. Ahmad Farid dalam buku beliau At-Tarbiyah 'ala Manhaj Ahlis Sunnah wal Jama'ah, "Manner bukanlah perbuatan. Terkadang ada orang yang punya manner dermawan tetapi tidak banyak memberi karena tidak punya sesuatu yang bisa diberikan, atau karena ada halangan tertentu. Dan terkadang ada orang yang akhlaknya kikir tetapi memberikan sesuatu kepada orang lain karena ada kepentingan tertentu atau riya (pamer). manner juga bukan kemampuan. Sebab, kemampuan menahan dan memberi itu sama. Setiap orang diciptakan secara fitrah sebagai orang yang memiliki kemampuan untuk memberi dan menahan. Pun manner bukanlah pengetahuan. Sebab, pengetahuan berhubungan dengan baik dan buruk dari sisi yang sama. Akhlak adalah pengertian yang keempat. Jadi, manner adalah kondisi kejiwaan yang ada di dalam batin manusia."
Maka, golden manners adalah kondisi jiwa emas, atau bersifat seperti emas, yaitu berkilau, mewah, mahal, abadi, mempesona dan semacamnya. Kita sebagai generasi berperadaban memiliki hajat besar terhadap aksentuasi dan aplikasi golden manners dalam kehidupan mikro maupun makro, dalam kehidupan personal, komunal, maupun global.

Minggu, 21 Februari 2016

Pandangan The Golden Manners Way Tentang Kebodohan Sebagai Sifat Bawaan Manusia

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way



The Golden Manners Way menanamkan persepsi bahwasanya manusia pada dasarnya bodoh. The Golden Manners Way percaya tidak ada satupun manusia yang lahir dari rahim ibunya secara ajaib bisa mengetahui segala yang baru bisa diketahui setelah dipelajari. Al-Qur`an dan As-Sunnah menetapkan, setiap manusia adalah bodoh. Allah lah yang mengajari manusia sehingga menjadi pintar, pandai dan cerdas.
Ada lima pesan Prof. Dr. 'Abdul Karim Bakkar dalam Ila Abna’i wa Banati, 50 Syam’ah li Idha’ah Durubikum (Mu’assasah Al-Islam Al-Yaum 1428 H) terkait realitas kebodohan manusia seluruhnya.
  • Pada dasarnya manusia itu adalah orang yang bodoh, kecuali jika ia belajar.
  • Kita harus selalu bersikap rendah hati (tawadhu’), dan alangkah bagusnya jika sikap rendah hati kita itu sesuai dengan kadar ketidaktahuan kita.
  • Kualitas kita sesuai dengan apa yang kita ketahui dan apa yang kita kuasai. Semakin bertambah apa yang kita ketahui dan apa yang kita kuasai, semakin tinggi pula kedudukan kita dan semakin tercapailah tujuan-tujuan kita.
  • Selama kita tidak mengetahui segala sesuatu dan tidak mampu menguasai segala sesuatu, maka jangan sampai kita mengeluarkan pandangan kita terhadap berbagai peristiwa hingga ia selesai.
  • Di sana ada banyak hal yang akan membentuk pengetahuan kita secara parsial (sepotong-sepotong) atau mengawang-awang. Dan kita butuh untuk lebih memperdalamnya. Dan ini tidak akan terjadi kecuali jika kita memiliki akal yang terbuka dan hati yang selalu dahaga akan ilmu.