Selasa, 29 Maret 2016

Golden Manners: Komitmen dengan Prinsip

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way




The Golden Manners Way meniscayakan komitmen (iltizam) sebagai basis, di samping totalitas (kaffah) dan hikmah sebagai dua power terbesar. The GM Way membangun kesadaran pelakunya, melalui banyak kajian teoritik, tentang betapa pentingnya komitmen terhadap prinsip.
Dr. ‘Aidh Al-Qarni dalam ‘Hatta Takuna As’ad An-Nas’ menyarankan untuk memiliki prinsip yang baku dan paten untuk kemudian secara berani kita berpegang teguh dengannya, “Jadilah seseorang yang pemberani, yang teguh hati, berpendirian kokoh, memiliki kemauan keras, dan jangan mudah tertipu oleh isu-isu atau kabar-kabar burung yang tidak jelas ujungnya.”

Minggu, 27 Maret 2016

Shalat Bukan Penghalang Sukses





Sesungguhnya shalat merupakan kunci kesuksesan hidup, kebahagiaan, kesejahteraan, keamanan, dan kesempurnaannya. Hidup kita menjadi baik karena shalat dan ibadah lainnya. Dr. Ahmad Farid dalam ‘At-Tarbiyah ‘ala Manhaj Ahlis Sunnah wal Jama’ah’ mengungkapkan, “Urusan generasi pertama umat ini menjadi baik dengan adanya proses pendidikan yang benar, melalui puasa, shalat malam dan membaca Al-Qur’an. Ditambah dengan kesediaan mereka untuk mengikuti Sunnah Nabi  dan masuk ke dalam Islam secara total. Dan ditunjang dengan kerelaan mereka untuk berkorban, berinfaq, berjuang dan berperang.”
‘Beruntung’, kita hanya dibebani dengan lima shalat wajib dalam sehari semalam. Lima shalat itu andai kita tinggalkan, maka kegagalan, kesedihan, kesengsaraan, kekacauan, dan kekurangan dalam hidup sangat menjerat leher, tangan, dan kaki kita. Prof. Dr. Sulaiman Abu Al-Khail dalam ‘Mashadir Al-Islam’ menuturkan, “Manusia memiliki kemungkinan untuk bisa shalat lebih dari lima waktu, puasa lebih dari satu bulan dan berhaji lebih dari sekali, namun karena kasih-Nya yang menyeluruh dan rahmat-Nya yang luas, Allah tidak mengeluarkan hamba-Nya dari batas kemauan tabiatnya. Bahkan Allah memberikan keluasan kepada mereka.”

Golden Manners: Hidup Ini Memang Melelahkan




Tepat sekali. Hidup di dunia ini melelahkan, membosankan, menyusahkan, kecuali bagi kita yang tahu bagaimana caranya bahagia, tiada lain kecuali dengan taqwa. Hidup di dunia ini melelahkan. Harus makan, minum, berpakaian, bekerja, mengurus rumah, mengatur waktu, merawat kesehatan, buang air besar dan kecil, mandi dan lain sebagainya.
Dr. Muhammad bin Ibrahim An-Nu’aim dalam ‘Kaifa Tuthilu ‘Umraka’ mengungkapkan, “Makan dan minum bukanlah tujuan dari hidup ini, karena jika kita hidup untuk itu maka kita tidak berbeda dengan binatang dan orang-orang kafir, di mana ambisi mereka dalam hidup hanyalah makan dan kenikmatan… Akan tetapi tujuan dari keberadaan kita dan ditundukkannya apa yang ada di atas bumi untuk kita adalah beribadah kepada Allah Yang Maha Penyayang dengan menjauhi hawa nafsu syaitan. Meminjam istilah dagang yakni hendaknya kita mengumpulkan kebaikan semaksimal mungkin sebelum ajal menjemput dan selalu berusaha untuk memanfaatkan waktu yang terbatas dengan amal shalih yang mengangkat derajat kita di Surga.”

Memendarkan Energi Dzikir

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way



Sesungguhnya, dzikir memiliki kedudukan yang teramat sangat tinggi dan luas di dalam Islam. Tidak sebatas ruang di balik setengah tempurung kelapa tempat bersembunyi katak seperti itu. Dzikir bersemayam di segala macam aktifitas kehidupan siang dan malam. Dzikir menyimpan energi positif yang sangat dahsyat bagi umat, baik secara personal maupun universal. Dzikir memiliki sinar-sinar lembut yang berkekuatan mendekatkan diri kepada Allah Al-Hamid dan memperbaiki dunia-Akhirat seluruh peradaban.

Dr. Naji bin Ibrahim Al-‘Arfaj menyatakan dalam ‘Hal Iktasyafta Jamalahu Al-Haqiqi’, “Memang, berdzikir kepada Allah secara ikhlas, rendah hati kepada-Nya, memohon pengampunan (istighfar), dan shalat yang dilakukan hanya untuk Allah saja, merupakan kunci agung dan indah untuk ketenangan pikiran, ketenangan batin, dan barakah.”

Minggu, 13 Maret 2016

Golden Manners: Harta Menjadi Kekal untuk Kepentingan Sosial

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way



Salah satu janji Allah bagi orang yang bershadaqah adalah Allah melimpahkan barakah yang menjadikan harta semakin berkembang dan kekal. Sayangnya, janji Allah ini tidak akan dipedulikan oleh orang yang tidak punya rahmah (kasih sayang) di dalam qalbunya. Tercabutnya rahmah dari qalbu adalah indikasi akan kehancuran kita saat ini dan nanti.
Prof. Dr. Ahmad Ash-Shuwayyan dalam ‘Min Ma’alim Ar-Rahmah’ mengungkapkan, “Salah satu pintu pembinaan dan latihan pengendalian empati manusia adalah berbuat baik kepada orang-orang lemah. Orang yang memiliki kasih sayang adalah orang yang apabila menyaksikan kelemahan dan kemiskinan orang lain, hatinya menjadi luluh dan perasaan kasihnya bergerak lalu tangannya memberi, tanpa mengungkit-ungkitnya apalagi menyakitinya… Orang yang hatinya memiliki kasih sayang adalah orang yang merasakan derita orang faqir dan miskin. Ia merasakan kesedihan dan kelaparannya, ia berusaha meringankannya, ia memotong sebagian dari hartanya kadar yang cukup untuk membantu orang butuh dan menghadapi kesulitan…”

Jumat, 11 Maret 2016

Menjalani Hidup Tenang dengan Sabar dan Tidak Tergesa-gesa

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.



Sebagaimana diketahui, The Golden Manners Way menggariskan prinsip hidup berbalut sabar dan syukur. Sabar dan syukur menjadi mudah tatkala kita terbiasa menerapkan golden manners. Sabar dan syukur telah terbukti secara empiris menciptakan kehidupan yang ideal, normal, sehat, sejahtera, aman, dan lapang. Mereka yang tidak mengindahkan konsep sabar dan syukur, lebih-lebih mengabaikan golden manners secara keseluruhan, akan dipaksa untuk hidup dalam kesempitan, ketakutan, kesengsaraan, kekacauan dan kesedihan.
Dari sisi kesehatan saja, orang yang tidak mau bersabar sebagaimana diajarkan oleh Islam, maka metabolisme tubuh akan mengalami gangguan dan secara simultan dapat menurunkan kesehatan. Dr. Redford Williams, seorang internis dari Pusat Kesehatan Universitas Duke, North Carolina mengatakan bahwa tipe kepribadian yang selalu tergesa-gesa adalah tipikal yang mudah marah apabila mereka tertahan oleh suatu hal. Tipe kepribadian ini memiliki resiko masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi dan penyakit jantung.

Rabu, 09 Maret 2016

Pelaku Golden Manners Adalah Pemakmur Masjid

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way




Masjid sejak dahulu menjadi pusat hubungan di antara kaum muslimin, serta tempat bertukar ide dan pemikiran di antara mereka. Sebagaimana juga menjadi pusat pendidikan yang pada awal mula-nya berfokus pada fiqih, tafsir Al-Qur`an, meriwayatkan Hadis-Hadis Nabi, dan penjelasan ilmu-ilmu keislaman. Setelah itu berkembang dan dipelajarilah ilmu-ilmu umum dan sastra di dalam masjid.
Dr. ‘Abdullah ‘Abdul Mu’thi dalam Kaifa Tashna’u Thiflan Mubdi’an mengatakan, “Masjid adalah tempat yang dihiasi atmosfir iman di mana orang-orang dewasa dan anak-anak berkumpul menjadi satu. Mereka semua terlibat di dalam satu kegiatan yang sama. Mereka berdiri dengan khusyuk di hadapan Allah Yang Maha Esa. Maka setiap orang tua yang berakal sehat hendaknya tidak mengharamkan putera-puterinya dari nikmatnya shalat dan aktifitas keimanan lainnya bersama orang-orang dewasa di dalam masjid yang suci.” Termasuk juga membaca kitab suci Al-Qur`an, mempelajari dan memahaminya di dalam masjid.