Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way
Penggagas The Golden Manners Way
Menurut Dr. Ahmad Farid dalam buku beliau At-Tarbiyah 'ala Manhaj Ahlis Sunnah wal Jama'ah, "Manner bukanlah perbuatan. Terkadang ada orang yang punya manner dermawan tetapi tidak banyak memberi karena tidak punya sesuatu yang bisa diberikan, atau karena ada halangan tertentu. Dan terkadang ada orang yang akhlaknya kikir tetapi memberikan sesuatu kepada orang lain karena ada kepentingan tertentu atau riya (pamer). manner juga bukan kemampuan. Sebab, kemampuan menahan dan memberi itu sama. Setiap orang diciptakan secara fitrah sebagai orang yang memiliki kemampuan untuk memberi dan menahan. Pun manner bukanlah pengetahuan. Sebab, pengetahuan berhubungan dengan baik dan buruk dari sisi yang sama. Akhlak adalah pengertian yang keempat. Jadi, manner adalah kondisi kejiwaan yang ada di dalam batin manusia."
Maka, golden manners adalah kondisi jiwa emas, atau bersifat seperti emas, yaitu berkilau, mewah, mahal, abadi, mempesona dan semacamnya. Kita sebagai generasi berperadaban memiliki hajat besar terhadap aksentuasi dan aplikasi golden manners dalam kehidupan mikro maupun makro, dalam kehidupan personal, komunal, maupun global.
Dalam kehidupan personal misalnya, salah satu cabang golden manners adalah merahasiakan kebaikan demi menjaga keikhlashan dan ketulusan kepada Allah. Prof. Dr. ‘Abdul Karim Bakkar dalam bukunya ‘Jadilah Manusia Cahaya’ (Surabaya: Sukses Publishing, 2011, terj. Abu Al-Ahnaf) berpesan, “Jangan membicarakan soal ibadah-ibadah kalian ke-pada Allah di depan manusia agar kalian dapat menjaga diri kalian dari riya`.” Benar sekali, menahan diri dari mengumbar atau mengabarkan ibadah-ibadah yang kita lakukan sangatlah dekat dengan keikhlashan hingga kita bisa terbebas dari jebakan riya` yang mematikan.
Dalam kehidupan komunal dan global, seperti disebutkan Prof. Dr. Hamka mengutip dari Prof. Dr. Yusuf Jadwi, kita harus menghindari delapan sikap yang menjerumuskan kita kepada ke-celaka-an yaitu royal, boros, tidak pandai membagi waktu, tidak mendapat pendidikan agama dalam rumah tangga di waktu kecil, pendidikan sekolah tidak sejalan dengan masyarakat atau putus hubungannya dengan rumah tangga, kurangnya buku-buku bacaan yang teratur, kegelapan (kezhaliman-pen) dalam rumah tangga, tidak terdapat pembagian kerja yang teratur dalam masyarakat.
Demikianlah golden manners, menjauhkan pelakunya dari kekurangan dan kelemahan karakter. Golden manners menjadikan pelakunya memiliki karakter yang kamal (komplit) dan tamam (perfect). Kata Prof. Dr. Husain Al-Ayid dalam bukunya Nazharah Lughawiyah fi Al-Qur`an Al-Karim, kata kamal dan tamam itu beda meskipun sinonim yang bermakna sempurna. Bedanya, kamal adalah untuk mensifati sesuatu yang sudah sempurna dan ditambah terus kesempurnaannya. Sementara, tamam adalah untuk mensifati sesuatu yang sudah sempurna tapi akan (selalu) mengalami distorsi sehingga butuh penyempurnaan terus menerus.
Ngaji juga ya di faidahislamiyyah.blogspot.co.id dan cafeilmubrilly.blogspot.co.id
Tags: Ormas Islam Induk di Indonesia, Jami’ah Khairiyah, Al-Irsyad Al-Islamiyah, Masyumi, Syarikat Islam Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Islam PERSIS, Nahdlatul Wathan, Pelajar Islam Indonesia PII, Lembaga Dakwah Islam Indonesia LDII, Jam’iyah Al-Washliyah, Rabithah ‘Alawiyah, Front Pembela Islam FPI, Hizbut Tahrir Indonesia HTI, Mathla’ul Anwar MA, Jam’iyah Al-Ittihadiyah, Hidayatullah, Al-Wahdah Al-Islamiyah, Majelis Tafsir Al-Quran MTA, Harakah Sunniyah Untuk Masyarakat Islami HASMI, Persatuan Tarbiyah Islamiyah PERTI, Persatuan Ummat Islam PUI, Shiddiqiyah, Wahidiyah.
Tags: Ormas Islam Induk di Indonesia, Jami’ah Khairiyah, Al-Irsyad Al-Islamiyah, Masyumi, Syarikat Islam Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Islam PERSIS, Nahdlatul Wathan, Pelajar Islam Indonesia PII, Lembaga Dakwah Islam Indonesia LDII, Jam’iyah Al-Washliyah, Rabithah ‘Alawiyah, Front Pembela Islam FPI, Hizbut Tahrir Indonesia HTI, Mathla’ul Anwar MA, Jam’iyah Al-Ittihadiyah, Hidayatullah, Al-Wahdah Al-Islamiyah, Majelis Tafsir Al-Quran MTA, Harakah Sunniyah Untuk Masyarakat Islami HASMI, Persatuan Tarbiyah Islamiyah PERTI, Persatuan Ummat Islam PUI, Shiddiqiyah, Wahidiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar