Direktur Intellectual Building Academy
Tidak ada keraguan bahwa umat Islam sangat membutuhkan sebanyak mungkin jumlah orang-orang yang unggul, sukses dan memiliki obsesi yang besar, disebabkan oleh kelemahan yang dialaminya dalam bidang ilmu, produksi dan materiil.
Kebutuhan ini sangat mendesak, karena kita -singkatnya- tidak akan mampu membangun umat yang kuat dari pribadi-pribadi yang lemah. Namun yang juga penting adalah kalian harus mengingat satu hal yang sangat pokok, yaitu bahwa Islam sangat teliti dalam me-netapkan cara yang akan mengantarkan kepada tujuan-tujuan yang besar persis seperti ketelitiannya dalam menetapkan tujuan itu sendiri. Karena itu, kesuksesan hakiki yang sudah harus kita capai bersama itu memiliki 2 karakteristik mendasar: Pertama, ia harus tercapai dengan cara yang disyariatkan dan legal. Kedua, ia harus mendekatkan sang empunya dengan Allah. Artinya keberhasilan dunia sang pemilikinya men-dorongnya untuk melakukan pengorbanan di jalan Allah, berkhidmat kepada umat manusia, dan turut serta dalam memba-ngun kepentingan umum serta bangkit bersama negeri.
Bila salah seorang dari Anda berhasil mewujudkan kesuksesan dalam satu bidang, namun buah kesuksesan itu digunakan hanya untuk kesenangan pribadi, berlebihan dalam perkara mubah dan lebih bermewah-mewah, maka kesuksesan itu menurut saya bukanlah kesuksesan yang hakiki. Ia tidak lain hanya kesuksesan yang bersifat sementara dan terbatas. Selama hidup kita ini juga terbatas dan kemampuan kita untuk menikmatinya juga terbatas, maka semua kesuksesan duniawi pada akhirnya juga terbatas dan sekedar lewat begitu saja.
Di sana ada jenis kesuksesan ketiga, namun kita menyebutnya sebagai kesuksesan sekedar kiasan saja. Model kesuksesan itu adalah kesuksesan yang diperoleh melalui jalan dusta, muslihat, suap, merebut hak orang lain, dan keluar dari aturan yang berlaku. Kesuksesan semacam ini sebenarnya kesuksesan semu. Dan ia akan menjadi bencana bagi pemiliknya. Dan kita harus memandang orang-orang yang sukses dengan cara seperti ini dengan pandangan iba dan kasihan; karena mereka adalah orang-orang yang memprihatin-kan, dan apa yang mereka anggap sebagai kesuksesan sebenar-nya tidak lebih dari sebuah bencana yang menimpa mereka.
*Dikutip dari buku beliau 50 Syam'ah li Idha'ah Durubikum.
Ngaji juga ya di www.quantumfiqih.com dan quantumfiqih.wordpress.com.
Tags: Ormas Islam Induk di Indonesia, Jami’ah Khairiyah, Al-Irsyad Al-Islamiyah, Masyumi, Syarikat Islam Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Islam PERSIS, Nahdlatul Wathan, Pelajar Islam Indonesia PII, Lembaga Dakwah Islam Indonesia LDII, Jam’iyah Al-Washliyah, Rabithah ‘Alawiyah, Front Pembela Islam FPI, Hizbut Tahrir Indonesia HTI, Mathla’ul Anwar MA, Jam’iyah Al-Ittihadiyah, Hidayatullah, Al-Wahdah Al-Islamiyah, Majelis Tafsir Al-Quran MTA, Harakah Sunniyah Untuk Masyarakat Islami HASMI, Persatuan Tarbiyah Islamiyah PERTI, Persatuan Ummat Islam PUI, Shiddiqiyah, Wahidiyah.
Tags: Ormas Islam Induk di Indonesia, Jami’ah Khairiyah, Al-Irsyad Al-Islamiyah, Masyumi, Syarikat Islam Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Islam PERSIS, Nahdlatul Wathan, Pelajar Islam Indonesia PII, Lembaga Dakwah Islam Indonesia LDII, Jam’iyah Al-Washliyah, Rabithah ‘Alawiyah, Front Pembela Islam FPI, Hizbut Tahrir Indonesia HTI, Mathla’ul Anwar MA, Jam’iyah Al-Ittihadiyah, Hidayatullah, Al-Wahdah Al-Islamiyah, Majelis Tafsir Al-Quran MTA, Harakah Sunniyah Untuk Masyarakat Islami HASMI, Persatuan Tarbiyah Islamiyah PERTI, Persatuan Ummat Islam PUI, Shiddiqiyah, Wahidiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar