Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way
Dr. ‘Abdul ‘Aziz Alu ‘Abdul Lathif, dosen jurusan ‘Aqidah di
Al-Imam Muhammad bin Suud Islamic University dalam salah satu kicauannya di
@dralabdullatif, “Barangsiapa yang mencermati perkembangan sejarah Islam,
niscaya ia akan segera mengambil pelajaran bahwa faktor utama lemahnya iman
kaum muslimin dan berkurangnya sikap ittiba’ ialah sikap ghuluw (ekstrim) dalam
ucapan dan perbuatan mengada-ada dalam ibadah.”
Benar sekali. Banyak hal memalukan dan memilukan yang
dilakukan umat manusia, salah satunya disebabkan oleh ghuluw dan takalluf (membebani
diri dengan hal di luar kewajaran/kemampuan).
Ibnu Hajar mengatakan, “Kami dan juga ulama-ulama
sebelum kami berpendapat bahwa setiap orang yang berlebih-lebihan dalam agama
maka dia akan terputus dari rahmat Allah. Hal ini bukan maksudnya melarang
orang untuk mencari kesempurnaan dalam beribadah, bahkan itu adalah perkara
terpuji. Akan tetapi yang dilarang di sini adalah berlebih-lebihan yang justru
menyebabkan orang jadi bosan, atau berlebihan dalam melaksanakan ibadah yang
sunnah namun justru mengakibatkan meninggalkan ibadah yang lebih utama atau
justru mengakibatkan mengerjakan kewajiban di luar batas waktunya. Contohnya
seseorang shalat malam semalam suntuk sehingga matanya tidak kuasa menahan
kantuk di akhir malam sehingga diapun tertidur dan tidak mengerjakan shalat
Subuh berjamaah.” [Fat-h Al-Bari 1/94]
Secara otomatis, sikap ghuluw dan takalluf merusak golden
manners. Upaya instalasi golden manners akan gagal total. Bisa diilustrasikan, seseorang
yang berusaha mengaplikasikan golden manners, memprogramkan dalam satu bulan
tertentu meninggalkan berbicara dengan siapapun di manapun guna melatih menjaga
lisan. Apa yang terjadi? Jelas akan menyebabkan dirinya akan berubah menjadi
orang yang acuh tak acuh, tidak punya kepekaan (dzauq), dan juga tidak memiliki
kepedulian (ihtimam dan itsar).
Ngaji juga di cafeilmubrilly.blogspot.co.id dan brillyelrasheed.blogspot.co.id.
Tags: Ormas Islam Induk di Indonesia, Jami’ah Khairiyah, Al-Irsyad Al-Islamiyah, Masyumi, Syarikat Islam Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Islam PERSIS, Nahdlatul Wathan, Pelajar Islam Indonesia PII, Lembaga Dakwah Islam Indonesia LDII, Jam’iyah Al-Washliyah, Rabithah ‘Alawiyah, Front Pembela Islam FPI, Hizbut Tahrir Indonesia HTI, Mathla’ul Anwar MA, Jam’iyah Al-Ittihadiyah, Hidayatullah, Al-Wahdah Al-Islamiyah, Majelis Tafsir Al-Quran MTA, Harakah Sunniyah Untuk Masyarakat Islami HASMI, Persatuan Tarbiyah Islamiyah PERTI, Persatuan Ummat Islam PUI, Shiddiqiyah, Wahidiyah.
Tags: Ormas Islam Induk di Indonesia, Jami’ah Khairiyah, Al-Irsyad Al-Islamiyah, Masyumi, Syarikat Islam Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Islam PERSIS, Nahdlatul Wathan, Pelajar Islam Indonesia PII, Lembaga Dakwah Islam Indonesia LDII, Jam’iyah Al-Washliyah, Rabithah ‘Alawiyah, Front Pembela Islam FPI, Hizbut Tahrir Indonesia HTI, Mathla’ul Anwar MA, Jam’iyah Al-Ittihadiyah, Hidayatullah, Al-Wahdah Al-Islamiyah, Majelis Tafsir Al-Quran MTA, Harakah Sunniyah Untuk Masyarakat Islami HASMI, Persatuan Tarbiyah Islamiyah PERTI, Persatuan Ummat Islam PUI, Shiddiqiyah, Wahidiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar