Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way
Salah satu janji Allah
bagi orang yang bershadaqah adalah Allah melimpahkan barakah yang menjadikan
harta semakin berkembang dan kekal. Sayangnya, janji Allah ini tidak akan dipedulikan
oleh orang yang tidak punya rahmah (kasih sayang) di dalam qalbunya. Tercabutnya
rahmah dari qalbu adalah indikasi akan kehancuran kita saat ini dan nanti.
Prof. Dr. Ahmad
Ash-Shuwayyan dalam ‘Min Ma’alim Ar-Rahmah’ mengungkapkan, “Salah satu pintu
pembinaan dan latihan pengendalian empati manusia adalah berbuat baik kepada
orang-orang lemah. Orang yang memiliki kasih sayang adalah orang yang apabila
menyaksikan kelemahan dan kemiskinan orang lain, hatinya menjadi luluh dan
perasaan kasihnya bergerak lalu tangannya memberi, tanpa mengungkit-ungkitnya
apalagi menyakitinya… Orang yang hatinya memiliki kasih sayang adalah orang
yang merasakan derita orang faqir dan miskin. Ia merasakan kesedihan dan
kelaparannya, ia berusaha meringankannya, ia memotong sebagian dari hartanya
kadar yang cukup untuk membantu orang butuh dan menghadapi kesulitan…”
Allah ‘hanya’
memerintahkan kita –dengan cinta-Nya- untuk bershadaqah sebagian dari harta
yang telah diberikan-Nya. Sebagian. Sebagian. Bukan seluruhnya. Entah 5 %, 10
%, 25 %, 50 %, atau mungkin kita merelakan 75 % untuk kepentingan agama-Nya dan
hamba-hamba-Nya. Begitu saja, tidak sedikit orang yang mengeluhkan syari’at
zakat yang wajib dan yang sunnah.
Prof. Dr. Raghib
As-Sirjani dalam ‘Nabi Ar-Rahmah’ menyatakan, “Walaupun umat ini sangat
memerlukan harta, namun kasih sayang menetapkan agar setiap muslim menahan
sebagian hartanya… Sesungguhnya Islam bukan agama yang bertujuan untuk
mengambil alih harta manusia, memakan kekayaan mereka atau mengurangi tingkat
perekonomi mereka. Islam adalah agama yang seimbang dan komprehensif. Islam
adalah agama kemudahan dan kasih sayang. Tujuannya adalah menciptakan hidup
yang bahagia di dunia dan akhirat secara bersama-sama.”
Padahal, 5 % dari harta
kita yang sudah dipanggul oleh orang-orang faqir di sana, 5 % yang sudah
ditenteng oleh orang-orang dhu’afa di situ, 5 % yang sudah digenggam oleh
orang-orang sakit di sini, 5 % yang sudah dipikul oleh amil zakat, maka itulah
harta kita. Ya, itulah harta kita. Harta yang kekal di sisi Allah untuk kita
nikmati saat kita sudah bersama bidadari/bidadara, di atas dipan emas, di dalam
istana permata, di sekeliling sungai madu, sungai susu dan sungai khamr. Tidak
hanya itu, di dunia, kita pun merasakan dampak positifnya.
Pelaku golden manners yakin bahwa apa saja yang diberikan untuk kepentingan vertikal (agama Allah) dan horizontal (sosial) pasti akan menghasilkan efek positif yang produktif. Pelaku golden manners sudah terkondisikan mental dan fisiknya untuk kepedulian sosial yang berangkat dari kepekaan jiwa.
Pelaku golden manners yakin bahwa apa saja yang diberikan untuk kepentingan vertikal (agama Allah) dan horizontal (sosial) pasti akan menghasilkan efek positif yang produktif. Pelaku golden manners sudah terkondisikan mental dan fisiknya untuk kepedulian sosial yang berangkat dari kepekaan jiwa.
Ngaji juga ya di www.quantumfiqih.com dan brillyelrasheed.blogspot.co.id
Tags: Ormas Islam Induk di Indonesia, Jami’ah Khairiyah, Al-Irsyad Al-Islamiyah, Masyumi, Syarikat Islam Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Islam PERSIS, Nahdlatul Wathan, Pelajar Islam Indonesia PII, Lembaga Dakwah Islam Indonesia LDII, Jam’iyah Al-Washliyah, Rabithah ‘Alawiyah, Front Pembela Islam FPI, Hizbut Tahrir Indonesia HTI, Mathla’ul Anwar MA, Jam’iyah Al-Ittihadiyah, Hidayatullah, Al-Wahdah Al-Islamiyah, Majelis Tafsir Al-Quran MTA, Harakah Sunniyah Untuk Masyarakat Islami HASMI, Persatuan Tarbiyah Islamiyah PERTI, Persatuan Ummat Islam PUI, Shiddiqiyah, Wahidiyah.
Recommended link untuk http://seindah-akhlak-islam.blogspot.co.id/2016/02/jangan-sampai-di-tengah-kaum-muslimin.html
BalasHapus