Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way
Prof. Dr. Faishal
Basyarahil dalam Shina’ah Al-Qa’id melarang kita mengenang kegagalan-kegagalan
masa lalu yang dapat menyeret kita kepada keputusasaan. Beliau mengatakan, “Jikalau
Anda menyesali sebagian pengalaman dini pada masa kecil, atau tidak memiliki
spesialisasi pada salah satu bidang ilmu, keterampilan atau pelatihan yang anda
terima hanya formalitas belaka, ma-ka Anda tidak perlu putus asa! Karena hal itu
tidak berarti bahwa anda tidak akan mampu menjadi leader. Ketika kita melihat
kepemimpinan, maka kepribadian Anda secara keseluruhan adalah hal yang penting,
bukan bagian-bagiannya.”
Apa rahasia kita selalu terbawa arus
putus asa sementara kita sudah berusaha menghindarinya? Salah satunya adalah
syahwat yang liar. Syahwat tidak melulu nafsu, melainkan segala macam keinginan
terhadap apapun yang buruk dan jelek.
Dr. ‘Abdul Aziz bin Mushthafa Kamil dalam
Ruh Ash-Shiyam wa Ma’anihi mengutip hasil penelitian Dr. Kanman di Universitas Bronston, Amerika, yang menegaskan
bahwa tidak memperkecil pilihan dan keinginan, serta tidak adanya pengendalian
terhadap diri, syahwat dan keinginan, semakin memperpanjang perasaan sedih,
putus asa, gelisah dan kesengsaraan. Inilah perkara yang menegaskan betapa
penting kedudukan puasa dalam melatih manusia untuk mengendalikan syahwat dan
nalurinya. Sehingga ia mampu menghilangkan perasaan putus asa dan kesedihan itu.
Dalam Wa Akhiran Ja`a Al-Faraj, Dr.
Ahmad Salim Baduwailan mengutarakan nasehat berharga untuk kita yang kerap
diberondong peluru putus asa, “Jangan bersedih dan jangan berputus asa
atas apa yang tidak kamu raih hari ini. Roda kehidupan tidak berhenti padanya.
Harapan-harapan dan keinginan-keinginanmu jangan sampai luruh karenanya.
Rencana-rencana dan impian-impianmu jangan sampai terhenti. Hari esok membawa
banyak kejutan indah untukmu.”
Ngaji juga ya di quantumfiqih.wordpress.com dan brillyelrasheed561.wordpress.com.
Tags: Tarekat Mu’tabarah, ‘Umariyyah, Naqsyabandiyyah, Qodiriyyah, Syadziliyyah, Rifa’iyyah, Ahmadiyyah, Dasuqiyyah, Akbariyyah, Chistiyyah, Maulawiyyah, Kubrawardiyyah, Khalwatiyyah, Jalwatiyyah, Bakdasyiyyah, Ghuzaliyyah, Rumiyyah, Sa’diyyah, Justiyyah, Sya’baniyyah, Kalsyaniyyah, Hamzawiyyah, Bairumiyyah,. ‘Usysyaqiyyah, Bakriyyah, ‘Idrusiyyah, 'Utsmaniyyah, ‘Alawiyyah, ‘Abbasiyyah, Zainiyyah, ‘Isawiyyah, Buhuriyyah, Haddadiyyah, Ghaibiyyah, Khalidiyyah, Syaththariyyah, Bayuniyyah, Malamiyyah, ‘Uwaisiyyah, ‘Idrisiyyah, Akabiral Auliya`, Matbuliyyah, Sunbuliyyah, Tijaniyyah, Samaniyyah, Suhrawardiyyah, Syadziliyyah, Qadiriyyah, Naqsyabandiyyah
Tags: Tarekat Mu’tabarah, ‘Umariyyah, Naqsyabandiyyah, Qodiriyyah, Syadziliyyah, Rifa’iyyah, Ahmadiyyah, Dasuqiyyah, Akbariyyah, Chistiyyah, Maulawiyyah, Kubrawardiyyah, Khalwatiyyah, Jalwatiyyah, Bakdasyiyyah, Ghuzaliyyah, Rumiyyah, Sa’diyyah, Justiyyah, Sya’baniyyah, Kalsyaniyyah, Hamzawiyyah, Bairumiyyah,. ‘Usysyaqiyyah, Bakriyyah, ‘Idrusiyyah, 'Utsmaniyyah, ‘Alawiyyah, ‘Abbasiyyah, Zainiyyah, ‘Isawiyyah, Buhuriyyah, Haddadiyyah, Ghaibiyyah, Khalidiyyah, Syaththariyyah, Bayuniyyah, Malamiyyah, ‘Uwaisiyyah, ‘Idrisiyyah, Akabiral Auliya`, Matbuliyyah, Sunbuliyyah, Tijaniyyah, Samaniyyah, Suhrawardiyyah, Syadziliyyah, Qadiriyyah, Naqsyabandiyyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar