Rabu, 09 Maret 2016

Golden Manners Optimalkan Fungsi Akal

Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way



Prof. Dr. Rabi’ Al-Madkhali mengingatkan kita bahwa manusia itu dibekali tiga piranti untuk menjalani kehidupan dunia secara ideal yaitu akal, fithrah dan agama. Beliau mengutarakan arti penting tiga piranti tersebut dalam bukunya Manhaj Al-Anbiya` fi Ad-Da’wah ila Allah, “Allah mengaruniakan kenikmatan kepada manusia berupa akal, di samping nikmat-nikmat agung dan kemuliaan lainnya yang tidak dapat diukur nilainya. Akal inilah yang mengangkat manusia kepada pembebanan Ilahi dan menjadikannya layak untuk mengerti dan memahaminya. Kemudian manusia dibekali dengan fithrah yang selaras dengan apa yang dibawa para utusan Allah berupa wahyu yang mulia, selaras dengan agama yang benar.”
Tanpa akal, manusia tidak akan cerdas mengelola dunia. Tanpa akal, manusia bisa saja punah semenjak lama. Tanpa akal, manusia mungkin akan terbelakang seperti hewan. Tanpa akal, manusia tidak berpeluang memahami hakekat kehidupan. Tanpa akal, manusia jelas akan mengalami peradaban yang carut-marut dan kalut.


Dalam Saithir ‘ala Hayatika, Dr. Ibrahim Al-Fiqi memaparkan, “Allah telah menciptakan manusia bukan biasa-biasa saja, tapi dalam bentuk yang paling sempurna. Mengapa? Setiap orang memiliki akal yang beratnya sekitar dua kilogram. Dalam akal itu terdapat 150 miliar sel rasional yang gerakannya lebih cepat dari gerakan cahaya. Saya menemukan bahwa pikiran memengaruhi hati, fisik, dan perasaan… orang berpikir melahirkan pikiran. Pikiran melahirkan semangat berpikir. Semangat berpikir melahirkan konsentrasi. Konsentrasi melahirkan kesadaran. Kesadaran melahirkan perbuatan. Perbuatan melahirkan hasil. Hasil perbuatan melahirkan kenyataan hidup yang Anda alami…”
Di sinilah golden manners berperan. Golden manners (akhlaq karimah) memperbaiki dan menjaga stabilitas kualitas akal dan kinerjanya. Fungsionalitas akal menjadi optimal selagi manusia mau mengejawantahkan golden manners dalam kehidupan. Orang yang tidak mau mengaktualisasikan golden manners akan cenderung terganggu kinerja akalnya.
Golden manners memancing kinerja akal. Kehendak personal untuk merepresentasikan golden manners mendorong akal bekerja aktif mempertimbangkan berbagai hal yang terkait. Jadi, sebagian golden manners berasal dari kristalisasi hasil kinerja akal. Dengan ungkapan lain, individu dan masyarakat bisa memiliki golden manners ketika mereka mendayagunakan akalnya sehingga secara praktis akal terjaga fungsionalitasnya.





Ngaji juga ya di brillyelrasheed.blogspot.co.id dan www.quantumfiqih.com.


Tags: Tarekat Mu’tabarah, ‘Umariyyah, Naqsyabandiyyah, Qodiriyyah, Syadziliyyah, Rifa’iyyah, Ahmadiyyah, Dasuqiyyah, Akbariyyah, Chistiyyah, Maulawiyyah, Kubrawardiyyah, Khalwatiyyah, Jalwatiyyah, Bakdasyiyyah, Ghuzaliyyah, Rumiyyah, Sa’diyyah, Justiyyah, Sya’baniyyah, Kalsyaniyyah, Hamzawiyyah, Bairumiyyah,. ‘Usysyaqiyyah, Bakriyyah, ‘Idrusiyyah, 'Utsmaniyyah, ‘Alawiyyah, ‘Abbasiyyah, Zainiyyah, ‘Isawiyyah, Buhuriyyah, Haddadiyyah, Ghaibiyyah, Khalidiyyah, Syaththariyyah, Bayuniyyah, Malamiyyah, ‘Uwaisiyyah, ‘Idrisiyyah, Akabiral Auliya`, Matbuliyyah, Sunbuliyyah, Tijaniyyah, Samaniyyah, Suhrawardiyyah, Syadziliyyah, Qadiriyyah, Naqsyabandiyyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar