Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way
Prof. Dr. Rabi’ Al-Madkhali mengingatkan kita bahwa manusia
itu dibekali tiga piranti untuk menjalani kehidupan dunia secara ideal yaitu
akal, fithrah dan agama. Beliau mengutarakan arti penting tiga piranti tersebut
dalam bukunya Manhaj Al-Anbiya` fi Ad-Da’wah ila Allah, “Allah mengaruniakan
kenikmatan kepada manusia berupa akal, di samping nikmat-nikmat agung dan
kemuliaan lainnya yang tidak dapat diukur nilainya. Akal inilah yang mengangkat
manusia kepada pembebanan Ilahi dan menjadikannya layak untuk mengerti dan
memahaminya. Kemudian manusia dibekali dengan fithrah yang selaras dengan apa
yang dibawa para utusan Allah berupa wahyu yang mulia, selaras dengan agama
yang benar.”
Tanpa akal, manusia tidak akan cerdas mengelola dunia. Tanpa
akal, manusia bisa saja punah semenjak lama. Tanpa akal, manusia mungkin akan
terbelakang seperti hewan. Tanpa akal, manusia tidak berpeluang memahami
hakekat kehidupan. Tanpa akal, manusia jelas akan mengalami peradaban yang
carut-marut dan kalut.
Dalam Saithir ‘ala Hayatika, Dr. Ibrahim Al-Fiqi memaparkan,
“Allah telah menciptakan manusia bukan biasa-biasa saja, tapi dalam bentuk yang
paling sempurna. Mengapa? Setiap orang memiliki akal yang beratnya sekitar dua
kilogram. Dalam akal itu terdapat 150 miliar sel rasional yang gerakannya lebih
cepat dari gerakan cahaya. Saya menemukan bahwa pikiran memengaruhi hati,
fisik, dan perasaan… orang berpikir melahirkan pikiran. Pikiran melahirkan
semangat berpikir. Semangat berpikir melahirkan konsentrasi. Konsentrasi
melahirkan kesadaran. Kesadaran melahirkan perbuatan. Perbuatan melahirkan
hasil. Hasil perbuatan melahirkan kenyataan hidup yang Anda alami…”
Di sinilah golden manners berperan. Golden manners (akhlaq
karimah) memperbaiki dan menjaga stabilitas kualitas akal dan kinerjanya.
Fungsionalitas akal menjadi optimal selagi manusia mau mengejawantahkan golden
manners dalam kehidupan. Orang yang tidak mau mengaktualisasikan golden manners
akan cenderung terganggu kinerja akalnya.
Golden manners memancing kinerja akal. Kehendak personal untuk merepresentasikan golden manners mendorong akal bekerja aktif mempertimbangkan berbagai hal yang terkait. Jadi, sebagian golden manners berasal dari kristalisasi hasil kinerja akal. Dengan ungkapan lain, individu dan masyarakat bisa memiliki golden manners ketika mereka mendayagunakan akalnya sehingga secara praktis akal terjaga fungsionalitasnya.
Golden manners memancing kinerja akal. Kehendak personal untuk merepresentasikan golden manners mendorong akal bekerja aktif mempertimbangkan berbagai hal yang terkait. Jadi, sebagian golden manners berasal dari kristalisasi hasil kinerja akal. Dengan ungkapan lain, individu dan masyarakat bisa memiliki golden manners ketika mereka mendayagunakan akalnya sehingga secara praktis akal terjaga fungsionalitasnya.
Ngaji juga ya di brillyelrasheed.blogspot.co.id dan www.quantumfiqih.com.
Tags: Tarekat Mu’tabarah, ‘Umariyyah, Naqsyabandiyyah,
Qodiriyyah, Syadziliyyah, Rifa’iyyah, Ahmadiyyah, Dasuqiyyah, Akbariyyah, Chistiyyah,
Maulawiyyah, Kubrawardiyyah, Khalwatiyyah, Jalwatiyyah, Bakdasyiyyah,
Ghuzaliyyah, Rumiyyah, Sa’diyyah, Justiyyah, Sya’baniyyah, Kalsyaniyyah,
Hamzawiyyah, Bairumiyyah,. ‘Usysyaqiyyah, Bakriyyah, ‘Idrusiyyah, 'Utsmaniyyah,
‘Alawiyyah, ‘Abbasiyyah, Zainiyyah, ‘Isawiyyah, Buhuriyyah, Haddadiyyah,
Ghaibiyyah, Khalidiyyah, Syaththariyyah, Bayuniyyah, Malamiyyah, ‘Uwaisiyyah, ‘Idrisiyyah,
Akabiral Auliya`, Matbuliyyah, Sunbuliyyah, Tijaniyyah, Samaniyyah, Suhrawardiyyah,
Syadziliyyah, Qadiriyyah, Naqsyabandiyyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar