Oleh Brilly El-Rasheed, S.Pd.
Penggagas The Golden Manners Way
Dr. ‘Abduddaim Al-Kahil menerangkan, “Manusia yang
paling panjang usianya adalah orang yang paling toleran dan pemaaf! Jadi, Anda
harus memiliki kemampuan untuk mentolerir dan memaafkan orang-orang yang
menyakiti, menyinggung atau mengganggu Anda. Karena tanpa langkah ini,
Anda tidak akan mampu memperbaiki diri dan emosi akan tetap
mengendalikan diri Anda. Sebagaimana para peneliti saat ini juga menegaskan
bahwa dengan berinfak (mengeluarkan sebagian harta) kepada fakir miskin dan
membantu mereka memperoleh sesuatu mendapatkan ketenangan dan kenyamanan hidup,
akan mengobati penaykit emosi yang ada dalam dirinya. Sikap pemaaf atau toleran sangatlah urgen dan
penting karena keduanya akan menjadi sarana penyembuh emosi dari akarnya,
karena alasan utama yang ada di balik setiap emosi adalah perasaan bahwa orang
lain telah menyakitinya dan kemudian mencoba bereaksi secara emosional terhadap
mereka dalam bentuk balas dendam. Jika diputuskan untuk mengirim pesan kepada
dirinya maka pada saat yang bersamaan dirinya harus mentolerir orang lain dan
mengulangi pesan ini lalu menemukan diri agar selalu toleran dan memaafkan!”
Dalam bukunya, Forgive for
Good, Dr. Frederic Luskin menjelaskan sifat
pemaaf sebagai resep yang telah terbukti bagi kesehatan dan kebahagiaan. Buku
tersebut memaparkan bagaimana sifat pemaaf memicu terciptanya keadaan baik
dalam pikiran seperti harapan, kesabaran dan percaya diri dengan mengurangi
kemarahan, penderitaan, lemah semangat dan stres. Menurut Dr. Luskin, kemarahan
yang dipelihara menyebabkan dampak ragawi yang dapat teramati pada diri
seseorang. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa permasalahan tentang
kemarahan jangka panjang atau yang tak berkesudahan adalah kita telah
melihatnya menyetel ulang sistem pengatur suhu di dalam tubuh. Ketika Anda
terbiasa dengan kemarahan tingkat rendah sepanjang waktu, Anda tidak menyadari
seperti apa normal itu. Hal tersebut menyebabkan semacam aliran adrenalin yang
membuat orang terbiasa. Hal itu membakar tubuh dan menjadikannya sulit berpikir
jernih – memperburuk keadaan.”
Ngaji juga ya di quantumfiqih.wordpress.com dan brillyelrasheed.wordpress.com.
Tags: Tarekat Mu’tabarah, ‘Umariyyah, Naqsyabandiyyah, Qodiriyyah, Syadziliyyah, Rifa’iyyah, Ahmadiyyah, Dasuqiyyah, Akbariyyah, Chistiyyah, Maulawiyyah, Kubrawardiyyah, Khalwatiyyah, Jalwatiyyah, Bakdasyiyyah, Ghuzaliyyah, Rumiyyah, Sa’diyyah, Justiyyah, Sya’baniyyah, Kalsyaniyyah, Hamzawiyyah, Bairumiyyah,. ‘Usysyaqiyyah, Bakriyyah, ‘Idrusiyyah, 'Utsmaniyyah, ‘Alawiyyah, ‘Abbasiyyah, Zainiyyah, ‘Isawiyyah, Buhuriyyah, Haddadiyyah, Ghaibiyyah, Khalidiyyah, Syaththariyyah, Bayuniyyah, Malamiyyah, ‘Uwaisiyyah, ‘Idrisiyyah, Akabiral Auliya`, Matbuliyyah, Sunbuliyyah, Tijaniyyah, Samaniyyah, Suhrawardiyyah, Syadziliyyah, Qadiriyyah, Naqsyabandiyyah
Tags: Tarekat Mu’tabarah, ‘Umariyyah, Naqsyabandiyyah, Qodiriyyah, Syadziliyyah, Rifa’iyyah, Ahmadiyyah, Dasuqiyyah, Akbariyyah, Chistiyyah, Maulawiyyah, Kubrawardiyyah, Khalwatiyyah, Jalwatiyyah, Bakdasyiyyah, Ghuzaliyyah, Rumiyyah, Sa’diyyah, Justiyyah, Sya’baniyyah, Kalsyaniyyah, Hamzawiyyah, Bairumiyyah,. ‘Usysyaqiyyah, Bakriyyah, ‘Idrusiyyah, 'Utsmaniyyah, ‘Alawiyyah, ‘Abbasiyyah, Zainiyyah, ‘Isawiyyah, Buhuriyyah, Haddadiyyah, Ghaibiyyah, Khalidiyyah, Syaththariyyah, Bayuniyyah, Malamiyyah, ‘Uwaisiyyah, ‘Idrisiyyah, Akabiral Auliya`, Matbuliyyah, Sunbuliyyah, Tijaniyyah, Samaniyyah, Suhrawardiyyah, Syadziliyyah, Qadiriyyah, Naqsyabandiyyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar